OECD: Negara berkembang bebani pertumbuhan global
A
A
A
Sindonews.com - Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan, OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi di negara maju pada tahun ini akan membaik. Namun, melambatnya ekonomi di negara berkembang membebani pertumbuhan global.
"Intinya adalah negara maju tumbuh lebih tinggi dan negara-negara berkembang lebih kecil," kata Pier Carlo Padoan, kepala ekonom OECD, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (3/9/2013).
Di antara negara besar, Amerika Serikat akan memimpin pemulihan dengan pertumbuhan tahun ini sebesar 1,7 persen, memangkas estimasi pada Mei di angka 1,9 persen. OECD menyebutkan, ekonomi AS di jalur terus berkembang sesuai dengan langkah Federal Reserve (Fed) yang mulai memperlambat pembelian obligasi, ukuran utama di bank sentral pada kebijakan pelonggaran moneter.
Didorong stimulus moneter besar-besaran dari bank sentral, Jepang terlihat di jalur pertumbuhan sebesar 1,6 persen, tidak berubah dari perkiraan sebelumnya.
Sementara Eropa, yang telah menjadi hambatan pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir akibat krisis utang, akhirnya menemui pemulihan dipimpin Perancis dan Jerman. OECD menaikkan perkiraan ekonomi mereka. Masing-masing, Perancis terlihat di jalur pertumbuhan 0,3 persen pada tahun ini, naik dari kontraksi 0,3 persen pada perkiraan Mei. Sementara ekonomi terbesar Eropa, Jerman ditetapkan tumbuh 0,7 persen, meningkat dari 0,4 persen.
"Meskipun negara maju utama menjemput, perlambatan di banyak negara-negara berkembang cenderung membebani pertumbuhan global yang lebih luas," tegas Padoan.
China pengecualian di antara negara-negara berkembang, dengan proyeksi pertumbuhan mempercepat selama setahun, mencapai angka 7,4 persen pada 2013.
Untuk kawasan euro, OECD memperingatkan, ECB harus menjaga kemungkinan penurunan suku bunga. Sementara ekonomi Italia diperkirakan berkontraksi 1,8 persen pada tahun ini. Untuk ekonomi sarat utang di Eropa selatan masih diperlukan kebijakan moneter yang longgar.
Di luar zona euro, Inggris terlihat tumbuh 1,5 persen, mengangkat tajam dari perkiraan 0,8 persen pada Mei .
"Intinya adalah negara maju tumbuh lebih tinggi dan negara-negara berkembang lebih kecil," kata Pier Carlo Padoan, kepala ekonom OECD, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (3/9/2013).
Di antara negara besar, Amerika Serikat akan memimpin pemulihan dengan pertumbuhan tahun ini sebesar 1,7 persen, memangkas estimasi pada Mei di angka 1,9 persen. OECD menyebutkan, ekonomi AS di jalur terus berkembang sesuai dengan langkah Federal Reserve (Fed) yang mulai memperlambat pembelian obligasi, ukuran utama di bank sentral pada kebijakan pelonggaran moneter.
Didorong stimulus moneter besar-besaran dari bank sentral, Jepang terlihat di jalur pertumbuhan sebesar 1,6 persen, tidak berubah dari perkiraan sebelumnya.
Sementara Eropa, yang telah menjadi hambatan pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir akibat krisis utang, akhirnya menemui pemulihan dipimpin Perancis dan Jerman. OECD menaikkan perkiraan ekonomi mereka. Masing-masing, Perancis terlihat di jalur pertumbuhan 0,3 persen pada tahun ini, naik dari kontraksi 0,3 persen pada perkiraan Mei. Sementara ekonomi terbesar Eropa, Jerman ditetapkan tumbuh 0,7 persen, meningkat dari 0,4 persen.
"Meskipun negara maju utama menjemput, perlambatan di banyak negara-negara berkembang cenderung membebani pertumbuhan global yang lebih luas," tegas Padoan.
China pengecualian di antara negara-negara berkembang, dengan proyeksi pertumbuhan mempercepat selama setahun, mencapai angka 7,4 persen pada 2013.
Untuk kawasan euro, OECD memperingatkan, ECB harus menjaga kemungkinan penurunan suku bunga. Sementara ekonomi Italia diperkirakan berkontraksi 1,8 persen pada tahun ini. Untuk ekonomi sarat utang di Eropa selatan masih diperlukan kebijakan moneter yang longgar.
Di luar zona euro, Inggris terlihat tumbuh 1,5 persen, mengangkat tajam dari perkiraan 0,8 persen pada Mei .
(dmd)