Kopti: 10% perajin tahu di Depok mogok produksi
A
A
A
Sindonews.com - Sekitar 10 persen dari 800 perajin tahu dan tempe di Depok sudah melakukan aksi mogok berproduksi terlebih dahulu, akibat kenaikan harga kedelai.
Sementara, aksi mogok secara nasional akan dilakukan perajin tahu dan tempe pada 9-11 September 2013. Ketua Koperasi Pengrajin Tahu dan Tempe Indonesia (Kopti) Depok, Tarono mengatakan, aksi mogok akan dilakukan secara nasional.
"Saya akan ke Bandung untuk rapat dengan Kopti Provinsi membicarakan aksi mogok ini," katanya, Selasa (3/9/2013).
Sejumlah tuntutan yang diajukan Kopti saat mogok nasional tersebut meminta pemerintah menurunkan dan menstabilkan harga kedelai. Selain itu, pemerintah juga dituntut merealisasikan swasembada kedelai dan melaksanakan Perpres No 32/2013 tentang penugasan kepada Perum Bulog untuk pengamanan harga dan penyaluran kedelai.
Dia mengakui, ada sekitar 10 persen atas 800 perajin tahu dan tempe di Depok yang saat ini sudah mogok berproduksi. Aksi tersebut dilakukan secara inisiatif untuk menaikkan harga tahu. Mereka rata-rata adalah produsen tahu yang memasok ke Pasar Tradisional seperti Kemiri Muka.
"Tujuan mereka (yang mogok duluan) yaitu untuk menaikkan harga tahu. Sementara kami meminta menstabilkan harga kedelai," ujarnya.
Menurutnya, perajin tahu dan tempe di Kota Depok membutuhkan 1.600 ton kedelai setiap bulan. Bahan baku tersebut diproduksi sekitar 800 perajin tahu dan tempe yang tersebar di Kota Depok.
"Sebenarnya dari produsen bisa saja menaikkan harga dari Rp3.000 menjadi Rp5.000 per bungkus, tapi apakah masyarakat siap," ujarnya.
Dengan adanya kenaikan harga kedelai menjadi Rp9.000 per kg, kata Tarono, biaya produksi bertambah sekitar 40 persen. Kondisi itu sangat menyulitkan perajin tahu jika harga kedelai tidak distabilkan. "Kami meminta HPP kedelai distabilkan yaitu Rp7.000 per kg," kata dia.
Sementara, salah satu perajin tahu yang mogok, Bowo SP mengatakan, dirinya sudah melakukan aksi tersebut sejak sebulan lalu. Dia mengaku melakukan aksi tersebut bersama sebagian perajin tahu dan tempe lainnya di Kota Depok.
"Pemerintah tidak mendengar, harga kedelai tidak akan turun. Kami akan berproduksi kalau harga tahu dinaikkan," paparnya.
Sementara, aksi mogok secara nasional akan dilakukan perajin tahu dan tempe pada 9-11 September 2013. Ketua Koperasi Pengrajin Tahu dan Tempe Indonesia (Kopti) Depok, Tarono mengatakan, aksi mogok akan dilakukan secara nasional.
"Saya akan ke Bandung untuk rapat dengan Kopti Provinsi membicarakan aksi mogok ini," katanya, Selasa (3/9/2013).
Sejumlah tuntutan yang diajukan Kopti saat mogok nasional tersebut meminta pemerintah menurunkan dan menstabilkan harga kedelai. Selain itu, pemerintah juga dituntut merealisasikan swasembada kedelai dan melaksanakan Perpres No 32/2013 tentang penugasan kepada Perum Bulog untuk pengamanan harga dan penyaluran kedelai.
Dia mengakui, ada sekitar 10 persen atas 800 perajin tahu dan tempe di Depok yang saat ini sudah mogok berproduksi. Aksi tersebut dilakukan secara inisiatif untuk menaikkan harga tahu. Mereka rata-rata adalah produsen tahu yang memasok ke Pasar Tradisional seperti Kemiri Muka.
"Tujuan mereka (yang mogok duluan) yaitu untuk menaikkan harga tahu. Sementara kami meminta menstabilkan harga kedelai," ujarnya.
Menurutnya, perajin tahu dan tempe di Kota Depok membutuhkan 1.600 ton kedelai setiap bulan. Bahan baku tersebut diproduksi sekitar 800 perajin tahu dan tempe yang tersebar di Kota Depok.
"Sebenarnya dari produsen bisa saja menaikkan harga dari Rp3.000 menjadi Rp5.000 per bungkus, tapi apakah masyarakat siap," ujarnya.
Dengan adanya kenaikan harga kedelai menjadi Rp9.000 per kg, kata Tarono, biaya produksi bertambah sekitar 40 persen. Kondisi itu sangat menyulitkan perajin tahu jika harga kedelai tidak distabilkan. "Kami meminta HPP kedelai distabilkan yaitu Rp7.000 per kg," kata dia.
Sementara, salah satu perajin tahu yang mogok, Bowo SP mengatakan, dirinya sudah melakukan aksi tersebut sejak sebulan lalu. Dia mengaku melakukan aksi tersebut bersama sebagian perajin tahu dan tempe lainnya di Kota Depok.
"Pemerintah tidak mendengar, harga kedelai tidak akan turun. Kami akan berproduksi kalau harga tahu dinaikkan," paparnya.
(izz)