Omzet pedagang kedelai merosot 70%
A
A
A
Sindonews.com - Sejak perajin tahu dan tempe mogok dan menghentikan produksinya akibat mahalnya harga kedelai, sejumlah pedagang kedelai di pasar tradisional Banjarnegara, Jawa Tengah mengaku mengalami penuruan omzet hingga 70 persen akibat sepinya pembeli.
Saat kondisi normal, pedagang kedelai mampu menjual bahan baku tempe dan tahu hingga mencapai 1 ton/hari, namun saat ini hanya mampu menjual 400 kilogram (kg)/hari.
Para pembeli yang masih bertahan biasanya perajin tahu dan tempe yang memiliki modal besar. Sementara puluhan perajin rumahan yang biasa menjadi langganan, kini tak lagi membeli kedelai karena menghentikan produksinya karena bangkrut.
"Akibat perajin tahu dan tempe mogok produksi, jumlah pembeli turun hingga 70 persen," kata pedagang kedelai, Ahmad di Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (10/9/2013).
Penurunan tersebut terjadi sejak sepekan lalu, saat harga kedelai di Banjarnegara menembus harga di atas Rp10 ribu/kg. Karena itu, pedagang berharap agar pemerintah tidak menutup mata dan telinga terhadap masalah kedelai yang membuat masyarakat kecil menjerit.
Saat kondisi normal, pedagang kedelai mampu menjual bahan baku tempe dan tahu hingga mencapai 1 ton/hari, namun saat ini hanya mampu menjual 400 kilogram (kg)/hari.
Para pembeli yang masih bertahan biasanya perajin tahu dan tempe yang memiliki modal besar. Sementara puluhan perajin rumahan yang biasa menjadi langganan, kini tak lagi membeli kedelai karena menghentikan produksinya karena bangkrut.
"Akibat perajin tahu dan tempe mogok produksi, jumlah pembeli turun hingga 70 persen," kata pedagang kedelai, Ahmad di Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (10/9/2013).
Penurunan tersebut terjadi sejak sepekan lalu, saat harga kedelai di Banjarnegara menembus harga di atas Rp10 ribu/kg. Karena itu, pedagang berharap agar pemerintah tidak menutup mata dan telinga terhadap masalah kedelai yang membuat masyarakat kecil menjerit.
(rna)