Bebani keuangan negara, impor BBM terus ditekan
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah menegaskan akan terus menggencarkan program-program untuk mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini membebani keuangan negara.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengatakan, program pengurangan impor BBM disebabkan karena rawan dengan tindak korupsi dan gratifikasi. Di samping itu, harga minyak dunia terus meninggi, sehingga mengkawatirkan keuangan negara.
"Harga minyak terus meninggi, maka kita punya program bagaimana kurangi impor BBM dan mendorong pemakaian gas di dalam negeri," kata dia di kantornya Jakarta, Selasa (10/9/2013).
Jero menjelaskan, pemerintah telah mendorong pembangkit listrik dengan batu bara. Kemudian, untuk pembangkit listrik dengan menggunakan BBM jenis solar telah didorong sebanyak mungkin dan digantikan dengan bahan bakar gas, sehingga impor BBM terus dikurangi.
"Kita pakai batu bara banyak sekali. Pemakaian solar kita ganti dengan gas buat pembangkit. Kita buat listrik dengan batu bara yang kita produksi sendiri," tandasnya.
PT Pertamina Persero sebelumnya menyatakan melakukan impor sekitar 600 ribu barel untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Namun, angka impor tersebut bisa berubah.
"Sekitar 300 ribu barel by produk BBM maupun minyak mentah. Tapi mekanismenya tidak setiap hari, tapi berapa kargo dalam satu bulan," kata VP Coorporate Communication Pertamina Ali Mundakir beberapa waktu lalu.
Sementara untuk menekan impor BBM, dia menjelaskan, harus dilakukan dengan cara menekan permintaan BBM di dalam negeri. Pasalnya, jika permintaan BBM di dalam negeri meningkat, sementara produksi di dalam negeri tidak bisa memenuhi, maka perseroan terpaksa melakukan impor BBM.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengatakan, program pengurangan impor BBM disebabkan karena rawan dengan tindak korupsi dan gratifikasi. Di samping itu, harga minyak dunia terus meninggi, sehingga mengkawatirkan keuangan negara.
"Harga minyak terus meninggi, maka kita punya program bagaimana kurangi impor BBM dan mendorong pemakaian gas di dalam negeri," kata dia di kantornya Jakarta, Selasa (10/9/2013).
Jero menjelaskan, pemerintah telah mendorong pembangkit listrik dengan batu bara. Kemudian, untuk pembangkit listrik dengan menggunakan BBM jenis solar telah didorong sebanyak mungkin dan digantikan dengan bahan bakar gas, sehingga impor BBM terus dikurangi.
"Kita pakai batu bara banyak sekali. Pemakaian solar kita ganti dengan gas buat pembangkit. Kita buat listrik dengan batu bara yang kita produksi sendiri," tandasnya.
PT Pertamina Persero sebelumnya menyatakan melakukan impor sekitar 600 ribu barel untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Namun, angka impor tersebut bisa berubah.
"Sekitar 300 ribu barel by produk BBM maupun minyak mentah. Tapi mekanismenya tidak setiap hari, tapi berapa kargo dalam satu bulan," kata VP Coorporate Communication Pertamina Ali Mundakir beberapa waktu lalu.
Sementara untuk menekan impor BBM, dia menjelaskan, harus dilakukan dengan cara menekan permintaan BBM di dalam negeri. Pasalnya, jika permintaan BBM di dalam negeri meningkat, sementara produksi di dalam negeri tidak bisa memenuhi, maka perseroan terpaksa melakukan impor BBM.
(rna)