Mobil murah akan timbulkan masalah baru
A
A
A
Sindonews.com - Begitu dikenalkan ke publik, program mobil murah dan ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC) langsung menimbulkan pro-kontra. Mereka yang kontra khawatir harga mobil yang semakin terjangkau akan membuat penjualan tinggi dan ujung-ujungnya semakin menambah kemacetan di jalan raya, terutama kawasan Jakarta dan sekitarnya.
Kekhawatiran ini tentu wajar. Faktanya, peningkatan penjualan kendaraan roda empat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini luar biasa. Total kendaraan yang terjual pada 2008 mencapai 607.151 unit. Namun, hanya dalam jangka waktu 4 tahun, jumlahnya sudah hampir dua kali lipat, yakni 1.116.230 unit pada tahun lalu.
Associate Director Frost & Sullivan Asia Pasifik Dushyant Sinha menilai, peningkatan penjualan kendaraan yang luar biasa ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi, kenaikan upah, serta rendahnya suku bunga.
Hal ini juga yang membuat pemerintah ragu untuk meloloskan finalisasi peraturan pemerintah yang memberikan insentif bagi mobil ramah lingkungan tersebut, hingga akhirnya resmi disahkan pada Mei-Juni 2013 silam.
Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi menilai, tujuan LCGC sangat baik untuk memperkuat pondasi manufaktur automotif nasional serta menambah nilai ekspor Indonesia yang sangat minim.
Kehadiran LCGC, menurut Budi, akan menambah 30.000 lapangan pekerjaan di sektor automotif, serta 30.000-40.000 lagi di bisnis turunannya.
Hal tersebut karena insentif berupa pengurangan PPnBM hingga 0 persen hanya bisa didapat dengan beberapa syarat. Mulai lolos uji konsumsi bahan bakar, uji ketentuan teknis, bukti realisasi investasi, hingga kandungan komponen dari pasokan lokal yang dominan.
Total, kandungan komponen lokal dalam mobil LCGC harus mencapai 80 persen, termasuk mesin, gearbox, dan komponen dari powertrain mobil lainnya.
”Daripada membeli mobil impor dari Thailand atau Malaysia, lebih baik beli mobil buatan dalam negeri,” papar Budi, Selasa (17/9/2013) kemarin.
Lembaga riset Frost & Sullivan menyebut bahwa program LCGC jelas akan berdampak pada peningkatan angka penjualan kendaraan di Indonesia di 2013 yang diperkirakan lebih dari 1,2 juta unit. Tapi, seberapa besar dampaknya?
Brio Satya, model LCGC keluaran Honda yang dijual mulai Rp116 juta-Rp117 juta, hanya ditargetkan mengakomodir 30 persen dari total penjualan seluruh Honda Brio perbulan yang sekitar 4.000 unit. Artinya, penjualan Brio Satya perbulan hanya sekitar 1.200-an unit.
”Kami masih melihat dulu respon pasar bagaimana,” ujar Marketing and After Sales Service Director PT Honda Prospect Motor (HPM), Jonfis Fandy.
Bagaimana dengan Toyota Agya dan Daihatsu Alya? PT Toyota Astra Motor (TAM) dan PT Astra Daihatsu Motor (ADM) menargetkan produksi kedua model LCGC itu hingga akhir 2013 mendatang sekitar 30.000 unit dan ditargetkan total mencapai 90.000 unit pada 2014. Sekadar perbandingan, jumlah penjualan total dari Toyota Avanza selama 2012 adalah 175.049 unit.
Produksi LCGC tidak sebesar Avanza, bisa jadi karena sasaran market yang dituju adalah city car. Meski pasarnya terus membesar, namun pada kuartal kedua 2013 silam market share city car di Indonesia hanya sekitar 4 persen dari total penjualan mobil nasional.
Menurut Jonfis Fandy, kategori city car memang terus tumbuh. Namun, sangat sulit untuk bisa menyaingi market share terbesar penjualan mobil di Indonesia, yaitu low MPV dan MPV.
Kekhawatiran ini tentu wajar. Faktanya, peningkatan penjualan kendaraan roda empat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini luar biasa. Total kendaraan yang terjual pada 2008 mencapai 607.151 unit. Namun, hanya dalam jangka waktu 4 tahun, jumlahnya sudah hampir dua kali lipat, yakni 1.116.230 unit pada tahun lalu.
Associate Director Frost & Sullivan Asia Pasifik Dushyant Sinha menilai, peningkatan penjualan kendaraan yang luar biasa ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi, kenaikan upah, serta rendahnya suku bunga.
Hal ini juga yang membuat pemerintah ragu untuk meloloskan finalisasi peraturan pemerintah yang memberikan insentif bagi mobil ramah lingkungan tersebut, hingga akhirnya resmi disahkan pada Mei-Juni 2013 silam.
Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi menilai, tujuan LCGC sangat baik untuk memperkuat pondasi manufaktur automotif nasional serta menambah nilai ekspor Indonesia yang sangat minim.
Kehadiran LCGC, menurut Budi, akan menambah 30.000 lapangan pekerjaan di sektor automotif, serta 30.000-40.000 lagi di bisnis turunannya.
Hal tersebut karena insentif berupa pengurangan PPnBM hingga 0 persen hanya bisa didapat dengan beberapa syarat. Mulai lolos uji konsumsi bahan bakar, uji ketentuan teknis, bukti realisasi investasi, hingga kandungan komponen dari pasokan lokal yang dominan.
Total, kandungan komponen lokal dalam mobil LCGC harus mencapai 80 persen, termasuk mesin, gearbox, dan komponen dari powertrain mobil lainnya.
”Daripada membeli mobil impor dari Thailand atau Malaysia, lebih baik beli mobil buatan dalam negeri,” papar Budi, Selasa (17/9/2013) kemarin.
Lembaga riset Frost & Sullivan menyebut bahwa program LCGC jelas akan berdampak pada peningkatan angka penjualan kendaraan di Indonesia di 2013 yang diperkirakan lebih dari 1,2 juta unit. Tapi, seberapa besar dampaknya?
Brio Satya, model LCGC keluaran Honda yang dijual mulai Rp116 juta-Rp117 juta, hanya ditargetkan mengakomodir 30 persen dari total penjualan seluruh Honda Brio perbulan yang sekitar 4.000 unit. Artinya, penjualan Brio Satya perbulan hanya sekitar 1.200-an unit.
”Kami masih melihat dulu respon pasar bagaimana,” ujar Marketing and After Sales Service Director PT Honda Prospect Motor (HPM), Jonfis Fandy.
Bagaimana dengan Toyota Agya dan Daihatsu Alya? PT Toyota Astra Motor (TAM) dan PT Astra Daihatsu Motor (ADM) menargetkan produksi kedua model LCGC itu hingga akhir 2013 mendatang sekitar 30.000 unit dan ditargetkan total mencapai 90.000 unit pada 2014. Sekadar perbandingan, jumlah penjualan total dari Toyota Avanza selama 2012 adalah 175.049 unit.
Produksi LCGC tidak sebesar Avanza, bisa jadi karena sasaran market yang dituju adalah city car. Meski pasarnya terus membesar, namun pada kuartal kedua 2013 silam market share city car di Indonesia hanya sekitar 4 persen dari total penjualan mobil nasional.
Menurut Jonfis Fandy, kategori city car memang terus tumbuh. Namun, sangat sulit untuk bisa menyaingi market share terbesar penjualan mobil di Indonesia, yaitu low MPV dan MPV.
(gpr)