Gita minta perajin tahu tempe jangan banyak ngomel
A
A
A
Sindonews.com - Untuk menurunkan harga kedelai, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan meminta para perajin tahu dan tempe agar tidak banyak mengomel dan protes, serta bisa menenangkan diri masing-masing.
Pasalnya, apabila para perajin tahu tempe tidak menemukan kestabilan dan cenderung protes akan segala hal terkait harga kedelai, maka dikhawatirkan rupiah akan kembali bergejolak dan akan kembali membuat harga kedelai yang mayoritas impor dari Amerika Serikat kembali meroket.
"Untuk rekan perajin, saya ingin berpesan agar tidak mengomel dan jangan terlalu berisik. Karena semakin berisik itu rupiah semakin bergejolak lagi dan impor kedelai makin mahal," ujar Gita di sentra perajin tahu Utan Kayu, Jakarta, Jumat (20/9/2013).
Oleh karena itu, selama pemerintah menyiapkan stok kedelai, Gita berpesan agar para pengrajin menjaga ketentraman dan tetap tenang.
"Kami akan pastikan pasokan itu ada. Dan untuk bulan September pasti ada, Oktober ada, dan seterusnya juga ada. Tinggal kita berdoa dan berharap nilai tukar bisa stabil lagi ke depannya," pungkas Gita.
Sebelumnya diberitakan, ketersediaan kedelai di pasar terutama untuk memenuhi kebutuhan industri perajin tahu dan tempe perlu terus dijaga. Kekurangan pasokan atas komoditas ini akan menganggu stabilitas harga.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) bertugas menjaga stabilitas harga melalui keseimbangan antara suplai dan kebutuhan (supply-demand), agar harga kedelai berada di tingkat yang wajar dan terjangkau.
"Tantangannya adalah, bahwa produksi nasional kedelai per tahunnya hanya sekitar 700-850 ribu ton. Kebutuhan/konsumsi nasional terhadap komoditas ini mencapai 2,5 juta ton per tahun, sehingga sampai dengan saat ini kekurangannya masih harus dipasok dari impor," ujar Gita.
Pasalnya, apabila para perajin tahu tempe tidak menemukan kestabilan dan cenderung protes akan segala hal terkait harga kedelai, maka dikhawatirkan rupiah akan kembali bergejolak dan akan kembali membuat harga kedelai yang mayoritas impor dari Amerika Serikat kembali meroket.
"Untuk rekan perajin, saya ingin berpesan agar tidak mengomel dan jangan terlalu berisik. Karena semakin berisik itu rupiah semakin bergejolak lagi dan impor kedelai makin mahal," ujar Gita di sentra perajin tahu Utan Kayu, Jakarta, Jumat (20/9/2013).
Oleh karena itu, selama pemerintah menyiapkan stok kedelai, Gita berpesan agar para pengrajin menjaga ketentraman dan tetap tenang.
"Kami akan pastikan pasokan itu ada. Dan untuk bulan September pasti ada, Oktober ada, dan seterusnya juga ada. Tinggal kita berdoa dan berharap nilai tukar bisa stabil lagi ke depannya," pungkas Gita.
Sebelumnya diberitakan, ketersediaan kedelai di pasar terutama untuk memenuhi kebutuhan industri perajin tahu dan tempe perlu terus dijaga. Kekurangan pasokan atas komoditas ini akan menganggu stabilitas harga.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) bertugas menjaga stabilitas harga melalui keseimbangan antara suplai dan kebutuhan (supply-demand), agar harga kedelai berada di tingkat yang wajar dan terjangkau.
"Tantangannya adalah, bahwa produksi nasional kedelai per tahunnya hanya sekitar 700-850 ribu ton. Kebutuhan/konsumsi nasional terhadap komoditas ini mencapai 2,5 juta ton per tahun, sehingga sampai dengan saat ini kekurangannya masih harus dipasok dari impor," ujar Gita.
(gpr)