Kadin siap suntik UKM minimal Rp100 juta
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Komite Tetap Kamar Dagang Industri (Kadin) Bidang Modal Ventura Safari Azis mengatakan, untuk plafon pembiayaan modal kerja PT Palapa Nusantara Berdikari, minimal Rp100 juta dan maksimal Rp500 juta kepada pelaku UKM.
"UKM yang mendapat bantuan pinjaman modal, kita targetkan bisa naik kelas dan nantinya bisa memenuhi persyaratan kredit perbankan seiring dengan pendampingan keuangan seperti yang Palapa lakukan, kata dia dalam rilisnya, Kamis (26/9/2013).
Safari menjelaskan, UKM yang bisa mendapatkan permodalan dari Palapa Nusantara Berdikari merupakan usulan dari Kadin pusat, provinsi, Kabupaten/Kota dan asosiasi. Terutama yang bersifat padat karya, komoditas unggulan daerah, terlebih jika produknya ternyata berbasis ekspor.
"Karena defisit, ekspor juga harus terus didorong. Tidak hanya untuk korporasi besar saja yang bisa melakukan ekspor, diharapkan UKM juga bisa melakukannya," katanya.
Sehingga, kata dia, UKM harus melakukan persiapan agar dapat memasuki era pasar bebas dengan minimal dapat sejajar dengan UKM negara lain yang sudah lebih maju.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Sub Direktorat Kerjasama Pengembangan Ekspor Kementerian Perdagangan, Sri Eliza mengatakan, perkembangan kinerja ekspor yang sedang menurun disebabkan karena importasi migas yang terus meningkat.
Sementara, kinerja ekspor nonmigas mengalami surplus USD1,98 miliar pada periode Januari-Juli 2013. Meski demikian, secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia pada periode yang sama mengalami defisit sebesar USD5,65 miliar.
"Penurunan nilai ekspor itu juga dipicu karena belum membaiknya harga beberapa komoditas ekspor non migas Indonesia di pasar internasional. Beberapa produk Indonesia yang mengalami fenomena serupa antara lain sawit, karet dan produk karet, mesin, batubara, produk kima, kertas, dan barang-barang rajutan," ungkapnya.
Ke depan, lanjut dia, ekspor Indonesia harusnya sudah mulai beralih dari ekspor bahan mentah ke ekspor barang bernilai tambah. Sri menggambarkan, mengacu pada MP3EI Jawa Tengah memiliki visi sebagai pendorong industri dan jasa nasional.
Produk unggulan yang menjadi fokus Jateng adalah produk tekstil, makanan dan minuman olahan, kayu dan produk kayu, serta berbagai barang manufaktur lainnya.
"Dengan adanya upaya peningkatan ekspor bernilai tambah di provinsi mulai dari sakala kecil, menengah hingga besar, produk-produk semacam itu dapat memberikan kontribusi untuk mendongkrak nilai ekspor Indonesia secara nasional," pungkas Sri.
"UKM yang mendapat bantuan pinjaman modal, kita targetkan bisa naik kelas dan nantinya bisa memenuhi persyaratan kredit perbankan seiring dengan pendampingan keuangan seperti yang Palapa lakukan, kata dia dalam rilisnya, Kamis (26/9/2013).
Safari menjelaskan, UKM yang bisa mendapatkan permodalan dari Palapa Nusantara Berdikari merupakan usulan dari Kadin pusat, provinsi, Kabupaten/Kota dan asosiasi. Terutama yang bersifat padat karya, komoditas unggulan daerah, terlebih jika produknya ternyata berbasis ekspor.
"Karena defisit, ekspor juga harus terus didorong. Tidak hanya untuk korporasi besar saja yang bisa melakukan ekspor, diharapkan UKM juga bisa melakukannya," katanya.
Sehingga, kata dia, UKM harus melakukan persiapan agar dapat memasuki era pasar bebas dengan minimal dapat sejajar dengan UKM negara lain yang sudah lebih maju.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Sub Direktorat Kerjasama Pengembangan Ekspor Kementerian Perdagangan, Sri Eliza mengatakan, perkembangan kinerja ekspor yang sedang menurun disebabkan karena importasi migas yang terus meningkat.
Sementara, kinerja ekspor nonmigas mengalami surplus USD1,98 miliar pada periode Januari-Juli 2013. Meski demikian, secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia pada periode yang sama mengalami defisit sebesar USD5,65 miliar.
"Penurunan nilai ekspor itu juga dipicu karena belum membaiknya harga beberapa komoditas ekspor non migas Indonesia di pasar internasional. Beberapa produk Indonesia yang mengalami fenomena serupa antara lain sawit, karet dan produk karet, mesin, batubara, produk kima, kertas, dan barang-barang rajutan," ungkapnya.
Ke depan, lanjut dia, ekspor Indonesia harusnya sudah mulai beralih dari ekspor bahan mentah ke ekspor barang bernilai tambah. Sri menggambarkan, mengacu pada MP3EI Jawa Tengah memiliki visi sebagai pendorong industri dan jasa nasional.
Produk unggulan yang menjadi fokus Jateng adalah produk tekstil, makanan dan minuman olahan, kayu dan produk kayu, serta berbagai barang manufaktur lainnya.
"Dengan adanya upaya peningkatan ekspor bernilai tambah di provinsi mulai dari sakala kecil, menengah hingga besar, produk-produk semacam itu dapat memberikan kontribusi untuk mendongkrak nilai ekspor Indonesia secara nasional," pungkas Sri.
(izz)