Tertinggi sepanjang tahun, Jabar deflasi 0,71%
A
A
A
Sindonews.com - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat (Jabar) mencatat angka deflasi 0,71 persen pada September 2013. Angka inflasi tersebut diklaim terendah sepanjang tahun ini, setelah turunnya tujuh kelompok harga di masyarakat.
Angka deflasi Jabar pada September tercatat paling tinggi selama satu tahun terakhir (September 2012-September 2013). Kondisi ini berbanding terbalik dengan tingginya inflasi pada Juni hingga Agustus. Angka deflasi pada September mengalahkan angka deflasi pada April 2013 sebesar 0,13 persen.
"Deflasi disebabkan turunnya harga beberapa komponen dari tujuh kelompok pengeluaran selama satu bulan terakhir. Penurunan terbesar berasal dari kelompok bahan makanan 3,63 persen," jelas Kepala Bidang Statistik dan Distribusi BPS Jabar, Dody Gunawan Yusuf di Bandung, Selasa (1/10/2013).
Sampai September 2013, angka inflasi year to date di Jabar pada 2013 mencapai 8,89 persen dengan inflasi year on year selama dua belas bulan terakhir yaitu 9,24 persen.
Menurutnya, beberapa komoditi yang mengalami penurunan harga dan memberi andil deflasi signifikan yaitu bawang merah, cabai merah, cabai rawit, jeruk, daging ayam ras, petai, daging sapi, telur ayam ras, dan lainnya. Komoditas yang tercatat turun signifikan yaitu bawang merah dengan andil deflasi hingga 0,60 persen.
Selain kelompok bahan makanan, kelompok yang memberi andil terhadap deflasi yaitu transportasi, komunikasi & jasa keuangan sebesar 0,60 persen.
Sedangkan kelompok lainnya tercatat mengalami inflasi, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan temabakau 0,57 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,93 persen, kelompok sandang 2,03 persen, kelompok kesehatan 0,0,39 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,27 persen.
"Dari tujuh kota yang dipantu BPS, enam kota mengalami deflasi. Yaitu Kota Bekasi, Kota Bandung, Kota Depok, Kota Bogor, Kota Tasikmalaya, dan Kota Cirebon. Hanya kota Sukabumi yang tercatat inflasi 0,04 persen," ujar Dody.
Namun, masuknya Hari Raya Idul Adha pada pertengahan bulan ini, diperkirakan akan mendongkrak inflasi di Jabar. Sejumlah komoditas makanan seperti sayur, daging, dan lainnya di prediksi naik.
Angka deflasi Jabar pada September tercatat paling tinggi selama satu tahun terakhir (September 2012-September 2013). Kondisi ini berbanding terbalik dengan tingginya inflasi pada Juni hingga Agustus. Angka deflasi pada September mengalahkan angka deflasi pada April 2013 sebesar 0,13 persen.
"Deflasi disebabkan turunnya harga beberapa komponen dari tujuh kelompok pengeluaran selama satu bulan terakhir. Penurunan terbesar berasal dari kelompok bahan makanan 3,63 persen," jelas Kepala Bidang Statistik dan Distribusi BPS Jabar, Dody Gunawan Yusuf di Bandung, Selasa (1/10/2013).
Sampai September 2013, angka inflasi year to date di Jabar pada 2013 mencapai 8,89 persen dengan inflasi year on year selama dua belas bulan terakhir yaitu 9,24 persen.
Menurutnya, beberapa komoditi yang mengalami penurunan harga dan memberi andil deflasi signifikan yaitu bawang merah, cabai merah, cabai rawit, jeruk, daging ayam ras, petai, daging sapi, telur ayam ras, dan lainnya. Komoditas yang tercatat turun signifikan yaitu bawang merah dengan andil deflasi hingga 0,60 persen.
Selain kelompok bahan makanan, kelompok yang memberi andil terhadap deflasi yaitu transportasi, komunikasi & jasa keuangan sebesar 0,60 persen.
Sedangkan kelompok lainnya tercatat mengalami inflasi, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan temabakau 0,57 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,93 persen, kelompok sandang 2,03 persen, kelompok kesehatan 0,0,39 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,27 persen.
"Dari tujuh kota yang dipantu BPS, enam kota mengalami deflasi. Yaitu Kota Bekasi, Kota Bandung, Kota Depok, Kota Bogor, Kota Tasikmalaya, dan Kota Cirebon. Hanya kota Sukabumi yang tercatat inflasi 0,04 persen," ujar Dody.
Namun, masuknya Hari Raya Idul Adha pada pertengahan bulan ini, diperkirakan akan mendongkrak inflasi di Jabar. Sejumlah komoditas makanan seperti sayur, daging, dan lainnya di prediksi naik.
(izz)