Infrastruktur hambat investasi asing di Indonesia Timur
A
A
A
Sindonews.com - Penanaman Modal Asing (PMA) yang ditanamkan investor asing di Indonesia Timur diyakini masih belum stabil apabila dibandingkan dengan wilayah Indonesia Barat.
Hal tersebut dikatakan Penasihat PricewaterhouseCoopers, Clifford Rees dalam acara Pre-CEO Summit Conference Invest Indonesia yang digelar di Hotel Westin Nusa Dua, Bali, Sabtu (5/10/2013).
"Pada 2012 Foreign Direct Investment (FDI) yang masuk USD70 miliar, tetapi secara rasio 91 persen masuk Indonesia Barat, dan hanya 9 persen masuk Indonesia Timur," paparnya.
Dia menjelaskan, alasan disparitas rasio penanaman modal asing yang sangat besar ini sebagian besar dikarenakan ketimpangan infrastruktur.
"Permasalahan terbesar dari ketimpangan FDI ini adalah infrastruktur, dan SDM. Membutuhkan investor yang sangat berani untuk masuk ke wilayah Indonesia Timur," lanjutnya.
Cliff menyebut walaupun otonomi daerah telah diberlakukan di seluruh wilayah termasuk Indonesia Timur, namun dia mengakui bahwa kecenderungan investor asing adalah berinvestasi di Jawa.
"Di Indonesia Barat terutama Jawa, lebih terkoneksi dan buruh masih dapat diupah relatif lebih murah. Tetapi saya yakin pemerintah Indonesia telah meng-address isu infrastruktur ini," pungkasnya.
Hal tersebut dikatakan Penasihat PricewaterhouseCoopers, Clifford Rees dalam acara Pre-CEO Summit Conference Invest Indonesia yang digelar di Hotel Westin Nusa Dua, Bali, Sabtu (5/10/2013).
"Pada 2012 Foreign Direct Investment (FDI) yang masuk USD70 miliar, tetapi secara rasio 91 persen masuk Indonesia Barat, dan hanya 9 persen masuk Indonesia Timur," paparnya.
Dia menjelaskan, alasan disparitas rasio penanaman modal asing yang sangat besar ini sebagian besar dikarenakan ketimpangan infrastruktur.
"Permasalahan terbesar dari ketimpangan FDI ini adalah infrastruktur, dan SDM. Membutuhkan investor yang sangat berani untuk masuk ke wilayah Indonesia Timur," lanjutnya.
Cliff menyebut walaupun otonomi daerah telah diberlakukan di seluruh wilayah termasuk Indonesia Timur, namun dia mengakui bahwa kecenderungan investor asing adalah berinvestasi di Jawa.
"Di Indonesia Barat terutama Jawa, lebih terkoneksi dan buruh masih dapat diupah relatif lebih murah. Tetapi saya yakin pemerintah Indonesia telah meng-address isu infrastruktur ini," pungkasnya.
(izz)