TDL naik, ratusan perajin dompet di Jombang menjerit
A
A
A
Sindonews.com - Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) langsung dikeluhkan para perajin di sentra kerajinan dompet di Desa Rejo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Mereka menjerit lantaran selain TDL, juga masih dipusingkan dengan naiknya harga bahan baku akibat anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Srrikat (USD) beberapa waktu lalu.
Untuk mensiasatinya, para perajin yang biasanya menggunakan listrik untuk pengepresan logo dompet, kini terpaksa ganti menggunakan kompor dan gas elpiji sebagai pemanasnya.
Di desa ini, lebih dari 200 warganya berprofesi sebagai perajin dompet dengan masing-masing memiliki karyawan belasan hingga puluhan orang. Para perajin mengeluh kenaikan tarif dasar listrik yang mulai berlaku sejak 1 oktober, karena akan mengurangi keuntungan mereka.
Kondisi ini tentu saja membuat para perajin dompet semakin tercekik. Sebab untuk menaikkan harga dompet hasil produksinya saat ini dianggap masih belum memungkinkan karena persaingan yang ada sangat ketat.
Jika harga dinaikkan, para perajin khawatir pelanggan akan beralih ke produsen dari daerah lain. Untuk mensiasatinya, sejumlah perajin yang biasanya menggunakan listrik, kini ganti menggunakan kompor dan gas elipiji untuk memanaskan dan mengepres logo dompet.
"Tentunya kami sangat terpukul dengan kenaikan tarif dasar listrik sekarang ini," kata Warsito, perajin dompet di daerah tersebut, Senin (7/10/2013)
Sebelumnya, dengan beban listrik 5000 watt, Warsito harus membayar tagihan sekitar Rp500 ribu per bulan. Sehingga meski belum mengetahui berapa jumlah tagihan bulan depan, namun menurutnya kenaikan TDL bulan ini jelas akan membuat tagihan listrik semakin membengkak dan mengurangi margin keuntungan yang biasa dia dapatkan.
Warsito menambahkan, dengan dibantu 40 orang karyawannya, dia bisa memproduksi sekitar 10 ribu buah dompet per hari. Harga dompet buatan Warsito bervariasi, mulai dari yang termurah seharga Rp10 ribu sampai yang termahal Rp300 ribu.
Seluruh hasil produksinya tersebut dipasarkan oleh Warsito ke seluruh daerah di Pulau Jawa dan sebagian diekspor melalui pihak ketiga ke Malaysia.
Mereka menjerit lantaran selain TDL, juga masih dipusingkan dengan naiknya harga bahan baku akibat anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Srrikat (USD) beberapa waktu lalu.
Untuk mensiasatinya, para perajin yang biasanya menggunakan listrik untuk pengepresan logo dompet, kini terpaksa ganti menggunakan kompor dan gas elpiji sebagai pemanasnya.
Di desa ini, lebih dari 200 warganya berprofesi sebagai perajin dompet dengan masing-masing memiliki karyawan belasan hingga puluhan orang. Para perajin mengeluh kenaikan tarif dasar listrik yang mulai berlaku sejak 1 oktober, karena akan mengurangi keuntungan mereka.
Kondisi ini tentu saja membuat para perajin dompet semakin tercekik. Sebab untuk menaikkan harga dompet hasil produksinya saat ini dianggap masih belum memungkinkan karena persaingan yang ada sangat ketat.
Jika harga dinaikkan, para perajin khawatir pelanggan akan beralih ke produsen dari daerah lain. Untuk mensiasatinya, sejumlah perajin yang biasanya menggunakan listrik, kini ganti menggunakan kompor dan gas elipiji untuk memanaskan dan mengepres logo dompet.
"Tentunya kami sangat terpukul dengan kenaikan tarif dasar listrik sekarang ini," kata Warsito, perajin dompet di daerah tersebut, Senin (7/10/2013)
Sebelumnya, dengan beban listrik 5000 watt, Warsito harus membayar tagihan sekitar Rp500 ribu per bulan. Sehingga meski belum mengetahui berapa jumlah tagihan bulan depan, namun menurutnya kenaikan TDL bulan ini jelas akan membuat tagihan listrik semakin membengkak dan mengurangi margin keuntungan yang biasa dia dapatkan.
Warsito menambahkan, dengan dibantu 40 orang karyawannya, dia bisa memproduksi sekitar 10 ribu buah dompet per hari. Harga dompet buatan Warsito bervariasi, mulai dari yang termurah seharga Rp10 ribu sampai yang termahal Rp300 ribu.
Seluruh hasil produksinya tersebut dipasarkan oleh Warsito ke seluruh daerah di Pulau Jawa dan sebagian diekspor melalui pihak ketiga ke Malaysia.
(izz)