Bandara Ngurah Rai siap memanfaatkan energi surya
A
A
A
Sindonews.com – PT Angkasa Pura I (Persero) akan mulai mengembangkan pemanfaatan energi surya di bandara-bandara yang dikelolanya, dengan tujuan demi mewujudkan bandara yang ramah lingkungan (eco-airport). Pada tahap awal, proyek pemanfaatan energi surya tersebut akan dimulai di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Angkasa Pura I melalui anak perusahaannya yaitu PT Angkasa Pura Supports, menggandeng Sintesa Group-SunEdison. Penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding) antara Angkasa Pura I, Sintesa Group, dan SunEdison. Acara ini juga turut diprakarsai oleh US Commercial Service.
“Bagi Angkasa Pura I, mewujudkan bandara yang ramah lingkungan adalah hal yang penting. Kerjasama ini adalah awal yang baik dan sebuah tindakan nyata untuk menunjukkan keseriusan kami dalam mewujudkan eco-airport, sehingga hal tersebut tidak hanya menjadi wacana saja,” ujar Corporate Secretary Angkasa Pura I Farid Indra Nugraha dalam rilisnya di Jakarta, Selasa (8/10/2013).
Menurut Farid, Pemerintah RI melalui Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan SKEP 124/VI/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Bandar Udara Ramah Lingkungan (eco-airport) yang ditindaklanjuti dengan instruksi Direktur Jenderal Perhubungan Udara melalui surat Nomor AU. 105/1/4/DRJU-212 pada 5 Maret 2012, yang menginstruksikan para pengelola bandara di Indonesia untuk segera menerapkan konsep bandara ramah lingkungan bagi bandara-bandara internasional yang dikelolanya. Penerapan konsep ini diharapkan mampu mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) dari sektor penerbangan yang berkontribusi 2 persen terhadap perubahan iklim.
Menurut CEO Sintesa Group Shinta Widjaja Kamdani, kerjasama yang dilakukan ini mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development), sejalan dengan komitmen Sintesa Group dalam mendukung Angkasa Pura I mewujudkan eco-airport di Indonesia. “Kami sangat concerndalam halgreen energy. Untuk itu, dalam pengembangkan proyek ini, Sintesa Group menggandeng SunEdison, perusahaan publik yang berpusat di Amerika Serikat dan telah terdaftar di NYSE,” ujar Shinta.
Managing Director SunEdison Pashupathy Gopalan menjelaskan proyek ini adalah proyek pertama di Indonesia. Dia memiliki pengalaman dalam mengembangkan proyek serupa di bandara-bandara yang memiliki standar internasional dengan persyaratan dan sertifikasi yang ketat dari lembaga aviasi internasional.
“Proyek kami yang terbaru adalah di Kuala Lumpur Internatinal Airport (KLIA), dengan kapasitas 15 MWe. Kami sangat optimis dengan pengalaman dan keahlian yang kami miliki, dan berupaya memberikan yang terbaik untuk pengembangan pemanfaatan tenaga surya di bandara-bandara di Indonesia, khususnya di Bandara I Gusti Ngurah Rai ini,” imbuhnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Angkasa Pura I melalui anak perusahaannya yaitu PT Angkasa Pura Supports, menggandeng Sintesa Group-SunEdison. Penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding) antara Angkasa Pura I, Sintesa Group, dan SunEdison. Acara ini juga turut diprakarsai oleh US Commercial Service.
“Bagi Angkasa Pura I, mewujudkan bandara yang ramah lingkungan adalah hal yang penting. Kerjasama ini adalah awal yang baik dan sebuah tindakan nyata untuk menunjukkan keseriusan kami dalam mewujudkan eco-airport, sehingga hal tersebut tidak hanya menjadi wacana saja,” ujar Corporate Secretary Angkasa Pura I Farid Indra Nugraha dalam rilisnya di Jakarta, Selasa (8/10/2013).
Menurut Farid, Pemerintah RI melalui Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan SKEP 124/VI/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Bandar Udara Ramah Lingkungan (eco-airport) yang ditindaklanjuti dengan instruksi Direktur Jenderal Perhubungan Udara melalui surat Nomor AU. 105/1/4/DRJU-212 pada 5 Maret 2012, yang menginstruksikan para pengelola bandara di Indonesia untuk segera menerapkan konsep bandara ramah lingkungan bagi bandara-bandara internasional yang dikelolanya. Penerapan konsep ini diharapkan mampu mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) dari sektor penerbangan yang berkontribusi 2 persen terhadap perubahan iklim.
Menurut CEO Sintesa Group Shinta Widjaja Kamdani, kerjasama yang dilakukan ini mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development), sejalan dengan komitmen Sintesa Group dalam mendukung Angkasa Pura I mewujudkan eco-airport di Indonesia. “Kami sangat concerndalam halgreen energy. Untuk itu, dalam pengembangkan proyek ini, Sintesa Group menggandeng SunEdison, perusahaan publik yang berpusat di Amerika Serikat dan telah terdaftar di NYSE,” ujar Shinta.
Managing Director SunEdison Pashupathy Gopalan menjelaskan proyek ini adalah proyek pertama di Indonesia. Dia memiliki pengalaman dalam mengembangkan proyek serupa di bandara-bandara yang memiliki standar internasional dengan persyaratan dan sertifikasi yang ketat dari lembaga aviasi internasional.
“Proyek kami yang terbaru adalah di Kuala Lumpur Internatinal Airport (KLIA), dengan kapasitas 15 MWe. Kami sangat optimis dengan pengalaman dan keahlian yang kami miliki, dan berupaya memberikan yang terbaik untuk pengembangan pemanfaatan tenaga surya di bandara-bandara di Indonesia, khususnya di Bandara I Gusti Ngurah Rai ini,” imbuhnya.
(gpr)