Harga minyak di perdagangan Asia melemah
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia melemah sejalan dengan ekuitas regional, setelah Federal Reserve AS (Fed) memutuskan melanjutkan program stimulus.
Mereka sementara mempertahankan skema pembelian obligasi USD85 miliar per bulan, dimana The Fed memberikan pencerahan dari perkiraan ekonomi yang selama ini dipicu rumor akan mulai melakukan pengurangan paket stimulus.
Ini didukung greenback, membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih mahal, menyakiti permintaan dan menempatkan tekanan pada harga.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember tergelincir 20 sen menjadi USD96,57 per barel pada perdagangan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember turun 30 sen menjadi USD109,56 per barel.
"Pernyataan (Fed) memperkuat pandangan mayoritas bahwa Fed akan terhenti," kata Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets di Singapura, dalam sebuah catatan, seperti dilansir dari AFP, Kamis (31/10/2013).
Analis mencatat bahwa pernyataan itu tidak menurunkan prospek ekonomi dan menyarankan itu bisa mulai meningkatkan kembali program stimulus sebagai awal pertemuan kebijakan moneter berikutnya pada Desember.
Lanjutan pelemahan permintaan AS disorot atas meningkatnya stok energi membantu mendorong harga minyak lebih rendah. "WTI turun karena penambahan dalam persediaan," kata Sanjeev Gupta, yang mengepalai minyak Asia-Pasifik dan praktek gas pada Ernst & Young (EY).
Departemen Energi AS mengatakan, dalam sebuah laporan Rabu (29/10/2013), bahwa stok minyak naik 4,1 juta barel untuk pekan lalu, jauh di atas konsesus Dow Jones Newswires dengan perkiraan 2,2 juta barel.
Mereka sementara mempertahankan skema pembelian obligasi USD85 miliar per bulan, dimana The Fed memberikan pencerahan dari perkiraan ekonomi yang selama ini dipicu rumor akan mulai melakukan pengurangan paket stimulus.
Ini didukung greenback, membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih mahal, menyakiti permintaan dan menempatkan tekanan pada harga.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember tergelincir 20 sen menjadi USD96,57 per barel pada perdagangan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember turun 30 sen menjadi USD109,56 per barel.
"Pernyataan (Fed) memperkuat pandangan mayoritas bahwa Fed akan terhenti," kata Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets di Singapura, dalam sebuah catatan, seperti dilansir dari AFP, Kamis (31/10/2013).
Analis mencatat bahwa pernyataan itu tidak menurunkan prospek ekonomi dan menyarankan itu bisa mulai meningkatkan kembali program stimulus sebagai awal pertemuan kebijakan moneter berikutnya pada Desember.
Lanjutan pelemahan permintaan AS disorot atas meningkatnya stok energi membantu mendorong harga minyak lebih rendah. "WTI turun karena penambahan dalam persediaan," kata Sanjeev Gupta, yang mengepalai minyak Asia-Pasifik dan praktek gas pada Ernst & Young (EY).
Departemen Energi AS mengatakan, dalam sebuah laporan Rabu (29/10/2013), bahwa stok minyak naik 4,1 juta barel untuk pekan lalu, jauh di atas konsesus Dow Jones Newswires dengan perkiraan 2,2 juta barel.
(dmd)