One day no rice bisa hemat anggaran Rp161 T
A
A
A
Sindonews.com - Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail mengatakan, gerakan one day no rice dapat membantu menghemat anggaran pengeluaran pemerintah hingga Rp161 triliun.
Hal tersebut dikarenakan ada perubahan komposisi pengeluaran pangan seiring dengan diterapkannya gerakan tersebut.
"Kalau semula kita makan tiga kali sehari semuanya nasi, lalu dirubah menjadi satu kali nasi dan dua kali karbohidrat non nasi (non beras) maka Indonesia akan memiliki cadangan beras sebanyak 22 juta ton atau setara Rp161 triliun," ujar Nur dalam rilisnya, Kamis (14/11/2013).
Dengan perhitungan tersebut, lanjut Nur, maka gerakan one day ni rice akan memberi dampak ekonomi yang besar kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena demand terhadap pangan sumber karbo hidrat non beras akan meningkat.
"Indonesia tidak perlu impor lagi, bahkan Indonesia dapat mengalami surplus beras yang dapat diekspor keluar negeri sehingga dapat mendatangkan devisa bagi negara," jelasnya.
Memang pada faktanya, ketergantungan yang tinggi terhadap beras atau nasi telah membuat pasokan dalam negeri tidak bisa mengimbanginya.
Hal tersebut, lantaran telah terjadi fenomena sosial, di mana dampak monokultur beras akhirnya merubah pola pikir masyarakat Indonesia "belum makan kalau belum makan nasi".
"Dengan adanya gerakan one day no rice, maka ketergantungan masyarakat terhadap beras dapat dikurangi sekaligus meningkatkan keanekaragaman pangan nasional dan masyarakat dapat lebih menghargai pangan lokalnya sebagai suatu kearifan," pungkas dia.
Hal tersebut dikarenakan ada perubahan komposisi pengeluaran pangan seiring dengan diterapkannya gerakan tersebut.
"Kalau semula kita makan tiga kali sehari semuanya nasi, lalu dirubah menjadi satu kali nasi dan dua kali karbohidrat non nasi (non beras) maka Indonesia akan memiliki cadangan beras sebanyak 22 juta ton atau setara Rp161 triliun," ujar Nur dalam rilisnya, Kamis (14/11/2013).
Dengan perhitungan tersebut, lanjut Nur, maka gerakan one day ni rice akan memberi dampak ekonomi yang besar kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena demand terhadap pangan sumber karbo hidrat non beras akan meningkat.
"Indonesia tidak perlu impor lagi, bahkan Indonesia dapat mengalami surplus beras yang dapat diekspor keluar negeri sehingga dapat mendatangkan devisa bagi negara," jelasnya.
Memang pada faktanya, ketergantungan yang tinggi terhadap beras atau nasi telah membuat pasokan dalam negeri tidak bisa mengimbanginya.
Hal tersebut, lantaran telah terjadi fenomena sosial, di mana dampak monokultur beras akhirnya merubah pola pikir masyarakat Indonesia "belum makan kalau belum makan nasi".
"Dengan adanya gerakan one day no rice, maka ketergantungan masyarakat terhadap beras dapat dikurangi sekaligus meningkatkan keanekaragaman pangan nasional dan masyarakat dapat lebih menghargai pangan lokalnya sebagai suatu kearifan," pungkas dia.
(izz)