Harga minyak di perdagangan dunia melebar
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak global di perdagangan dunia melebar, jelang data terbaru persediaan minyak mentah AS. Sementara investor menunggu Senat atas pengajuan calon Ketua Federal Reserve AS Janet Yellen.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, bertambah 61 sen menjadi USD107,73 per barel dalam transaksi sore di London, menanggapi beberapa kerusuhan Libya. Sementara kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, turun 58 sen menjadi USD93,28 per barel.
Sore waktu AS, pedagang akan mencerna snapshot terbaru persediaan minyak mentah Amerika Serikat.
Di sisi lain, pasar minyak secara erat mengikuti perdebatan Federal Reserve AS untuk kembali pada skala stimulus USD85 miliar per bulan.
"Pasar global fokus pada petunjuk apakah The Fed akan mulai melakukan tapering sebelum akhir tahun ini," kata Kepala Konsultan Minyak Asia-Pasifik dan Praktek Gas EY, Sanjeev Gupta, seperti dilansir dari AFP, Kamis (14/11/2013).
Permulaan tapering akan mendorong greenback, yang membuat harga minyak dalam dolar AS (USD) lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain.
Dalam sambutannya yang di hadapan Senat, Wakil Ketua Fed, Yellen mengisyaratkan dukungannya untuk melanjutkan program stimulus moneter hingga perekonomian AS tumbuh lebih kuat.
"Sebuah pemulihan yang kuat pada akhirnya akan memungkinkan The Fed mengurangi akomodasi moneter dan ketergantungan pada alat-alat kebijakan yang tidak konvensional, seperti pembelian aset," ujarnya.
"Saya percaya, bahwa mendukung pemulihan saat ini adalah jalan paling pasti untuk kembali ke pendekatan kebijakan moneter yang lebih normal," jelas Yellen.
Sambutan singkatnya itu disiapkan untuk Senat Komite Perbankan, yang akan menandatangani nominasinya (calon kepala Fed) sebelum seluruh Senat melakukan penilaian, dan menempatkannya sejalan dengan ekspansif kebijakan moneter bank sentral saat ini.
Di sisi lain, pasar minyak juga dipengaruhi ketidakpastian akibat gangguan pasokan di Libya yang memberikan dukungan terhadap Brent, patokan untuk pasar Eropa.
Seorang pejabat minyak Libya mengatakan, bahwa pemadaman produksi yang berkaitan dengan protes politik telah mengurangi output menjadi 250.000 barel per hari, dari 1,5 juta barel per hari sebelum protes meletus pada Juli lalu.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, bertambah 61 sen menjadi USD107,73 per barel dalam transaksi sore di London, menanggapi beberapa kerusuhan Libya. Sementara kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, turun 58 sen menjadi USD93,28 per barel.
Sore waktu AS, pedagang akan mencerna snapshot terbaru persediaan minyak mentah Amerika Serikat.
Di sisi lain, pasar minyak secara erat mengikuti perdebatan Federal Reserve AS untuk kembali pada skala stimulus USD85 miliar per bulan.
"Pasar global fokus pada petunjuk apakah The Fed akan mulai melakukan tapering sebelum akhir tahun ini," kata Kepala Konsultan Minyak Asia-Pasifik dan Praktek Gas EY, Sanjeev Gupta, seperti dilansir dari AFP, Kamis (14/11/2013).
Permulaan tapering akan mendorong greenback, yang membuat harga minyak dalam dolar AS (USD) lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain.
Dalam sambutannya yang di hadapan Senat, Wakil Ketua Fed, Yellen mengisyaratkan dukungannya untuk melanjutkan program stimulus moneter hingga perekonomian AS tumbuh lebih kuat.
"Sebuah pemulihan yang kuat pada akhirnya akan memungkinkan The Fed mengurangi akomodasi moneter dan ketergantungan pada alat-alat kebijakan yang tidak konvensional, seperti pembelian aset," ujarnya.
"Saya percaya, bahwa mendukung pemulihan saat ini adalah jalan paling pasti untuk kembali ke pendekatan kebijakan moneter yang lebih normal," jelas Yellen.
Sambutan singkatnya itu disiapkan untuk Senat Komite Perbankan, yang akan menandatangani nominasinya (calon kepala Fed) sebelum seluruh Senat melakukan penilaian, dan menempatkannya sejalan dengan ekspansif kebijakan moneter bank sentral saat ini.
Di sisi lain, pasar minyak juga dipengaruhi ketidakpastian akibat gangguan pasokan di Libya yang memberikan dukungan terhadap Brent, patokan untuk pasar Eropa.
Seorang pejabat minyak Libya mengatakan, bahwa pemadaman produksi yang berkaitan dengan protes politik telah mengurangi output menjadi 250.000 barel per hari, dari 1,5 juta barel per hari sebelum protes meletus pada Juli lalu.
(dmd)