Harga minyak dunia terdongkrak
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan global hari ini naik, karena pasar bereaksi terhadap tiga faktor, yaitu perkembangan pembicaraan nuklir Iran, prospek stimulus Federal Reserve AS dan data manufaktur China.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, naik 32 sen menjadi USD94,17 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Januari, naik 17 sen menjadi USD108,23 per barel dalam transaksi tengah di London.
Pembicaraan ketiga sejak Presiden Iran Hassan Rouhani menjabat, bertujuan agar eksportir utama minyak dunia tersebut kembali ke skala program nuklirnya dengan imbalan dapat keringanan sanksi.
"Penundaan lebih lanjut dalam resolusi atau pengenaan sanksi tambahan bisa memberikan dasar untuk bergerak (harga) lebih tinggi di sesi mendatang," kata analis broker Sucden, Kash Kamal, seperti dilansir dari AFP, Kamis (21/11/2013).
Kelompok P5+1, yaitu Inggris, China, Perancis, Rusia dan Amerika Serikat plus Jerman, ingin Iran menutup bagian-bagian tertentu dari program energi nuklirnya, yang dicurigai Barat untuk pengembangan senjata. Namun, Iran membantah tuduhan itu.
Kedua belah pihak telah memulai kembali perundingan, Rabu (20/11/2013), bertujuan mencapai kesepakatan bersejarah meskipun pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei telah bersumpah untuk tidak mundur satu langkah pun.
Pedagang minyak juga bereaksi atas pertemuan Federal Reserve (Fed) terakhir, yang memberikan tanda bank sentral telah mempertimbangkan kemungkinan melakukan tapering program stimulus dalam beberapa bulan mendatang.
Di sisi lain, Departemen Energi AS melaporkan persediaan minyak mentah komersial Amerika telah meningkat 400.000 barel untuk minggu lalu, lebih rendah dari ekspektasi pasar kenaikan 700.000 barel. Pasar memperhatikan data ini karena AS adalah konsumen minyak mentah terbesar di dunia.
Sementara data awal manufaktur China melambat pada November 2013. HSBC mencatat indeks pembelian manajer (PMI) di sektor manufaktur datang di angka 50,4 poin, turun dari pembacaan akhir pada Oktober sebesar 50,9 poin, yang merupakan tertinggi dalam tujuh bulan.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, naik 32 sen menjadi USD94,17 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Januari, naik 17 sen menjadi USD108,23 per barel dalam transaksi tengah di London.
Pembicaraan ketiga sejak Presiden Iran Hassan Rouhani menjabat, bertujuan agar eksportir utama minyak dunia tersebut kembali ke skala program nuklirnya dengan imbalan dapat keringanan sanksi.
"Penundaan lebih lanjut dalam resolusi atau pengenaan sanksi tambahan bisa memberikan dasar untuk bergerak (harga) lebih tinggi di sesi mendatang," kata analis broker Sucden, Kash Kamal, seperti dilansir dari AFP, Kamis (21/11/2013).
Kelompok P5+1, yaitu Inggris, China, Perancis, Rusia dan Amerika Serikat plus Jerman, ingin Iran menutup bagian-bagian tertentu dari program energi nuklirnya, yang dicurigai Barat untuk pengembangan senjata. Namun, Iran membantah tuduhan itu.
Kedua belah pihak telah memulai kembali perundingan, Rabu (20/11/2013), bertujuan mencapai kesepakatan bersejarah meskipun pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei telah bersumpah untuk tidak mundur satu langkah pun.
Pedagang minyak juga bereaksi atas pertemuan Federal Reserve (Fed) terakhir, yang memberikan tanda bank sentral telah mempertimbangkan kemungkinan melakukan tapering program stimulus dalam beberapa bulan mendatang.
Di sisi lain, Departemen Energi AS melaporkan persediaan minyak mentah komersial Amerika telah meningkat 400.000 barel untuk minggu lalu, lebih rendah dari ekspektasi pasar kenaikan 700.000 barel. Pasar memperhatikan data ini karena AS adalah konsumen minyak mentah terbesar di dunia.
Sementara data awal manufaktur China melambat pada November 2013. HSBC mencatat indeks pembelian manajer (PMI) di sektor manufaktur datang di angka 50,4 poin, turun dari pembacaan akhir pada Oktober sebesar 50,9 poin, yang merupakan tertinggi dalam tujuh bulan.
(dmd)