Gita pertimbangkan kerugian jika RI-Australia 'cerai'
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Perdagangan (Mendag), Gita Wirjawan mengatakan, akan ada kerugian besar bila hubungan diplomatik Indonesia dan Australia terputus. Hubungan kedua negara sedang memanas terkait isu penyadapan yang dilakukan Australia
"Contohnya kalau sapi selama ini kita hanya bisa impor sapi hidup dari Australia, kalau itu diputuskan hubungannya akan sulit untuk memasok kebutuhan yang meningkat terus setiap tahun dan itu dampaknya pada harga. Apakah kita siap untuk terima kenyataan harganya ini akan meningkat secara signifikan," kata Gita di Kantor Kemendag Jakarta, Jumat (22/11/2013).
Meski masih berat untuk memutus hubungan perdagangan, namun Indonesia sudah mulai ancang-ancang untuk dapat mengimpor sapi dari India dan Brasil. Caranya dengan memberlakukan kembali aturan zone based dengan merevisi UU Peternakan.
Selama ini, Indonesia terbatas memasukan sapi impor dari Australia dan Selandia Baru karena menganut country based sesuai UU.
"Tapi apapun yang dilakukan ke depan itu harus bijaksana, dalam arti kita juga harus sadar bahwa kita hanya bisa melakukan impor produk pertanian dan peternakan tertentu hanya dari Australia. Tentunya ini mungkin salah satu langkah ke depannya untuk merevisi UU peternakan agar kita ada kebebasan untuk melakukan importasi dari manapun," terangGita.
Mendag menggambarkan perbandingan harga sapi di India dan Brasil saat ini jauh lebih murah ketimbang Australia. Karena itu, UU No 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan harus segera direvisi, agar dapat memasukan sapi dan daging India dan Brasil.
"India saya tahu daging sapinya murah sekali setengah harga, tapi memang belum bisa kita melakukan importasi daging sapi dari India. Sedangkan negara tetangga seperti India itu mayoritas impor daging sapinya itu dari India dan itu jauh lebih murah dan sudah memenuhi persyaratan kesehatan," pungkasnya.
"Contohnya kalau sapi selama ini kita hanya bisa impor sapi hidup dari Australia, kalau itu diputuskan hubungannya akan sulit untuk memasok kebutuhan yang meningkat terus setiap tahun dan itu dampaknya pada harga. Apakah kita siap untuk terima kenyataan harganya ini akan meningkat secara signifikan," kata Gita di Kantor Kemendag Jakarta, Jumat (22/11/2013).
Meski masih berat untuk memutus hubungan perdagangan, namun Indonesia sudah mulai ancang-ancang untuk dapat mengimpor sapi dari India dan Brasil. Caranya dengan memberlakukan kembali aturan zone based dengan merevisi UU Peternakan.
Selama ini, Indonesia terbatas memasukan sapi impor dari Australia dan Selandia Baru karena menganut country based sesuai UU.
"Tapi apapun yang dilakukan ke depan itu harus bijaksana, dalam arti kita juga harus sadar bahwa kita hanya bisa melakukan impor produk pertanian dan peternakan tertentu hanya dari Australia. Tentunya ini mungkin salah satu langkah ke depannya untuk merevisi UU peternakan agar kita ada kebebasan untuk melakukan importasi dari manapun," terangGita.
Mendag menggambarkan perbandingan harga sapi di India dan Brasil saat ini jauh lebih murah ketimbang Australia. Karena itu, UU No 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan harus segera direvisi, agar dapat memasukan sapi dan daging India dan Brasil.
"India saya tahu daging sapinya murah sekali setengah harga, tapi memang belum bisa kita melakukan importasi daging sapi dari India. Sedangkan negara tetangga seperti India itu mayoritas impor daging sapinya itu dari India dan itu jauh lebih murah dan sudah memenuhi persyaratan kesehatan," pungkasnya.
(izz)