Pemerintah lembek tindak seng ilegal China
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Gabungan Asosiasi Pabrik Seng Indonesia (GAPSI), Rudi syamsudin menyayangkan sikap pemerintah yang tidak menindak seng ilegal dari China.
Pasalnya, seng tersebut dijual lebih murah dari seng industri lokal, namun kualitasnya sangat buruk. Jika pemerintah masih membiarkan ini terjadi maka Indonesia hanya akan menjadi negara penampung barang rongsokan dari China.
Dia mengutarakan, konsumen Indonesia yang membeli barang hanya dengan melihat harga tanpa mempertimbangkan kualitas.
"Impor itu tidak bisa menyamakan kualitas kita. Masyarakat kita yang penting harga murah mau bodong enggak bodong sama saja. Masa kita jadi penampung rongsokan China," katanya di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (26/11/2013).
Selain itu, masuknya seng ilegal ini juga menggerus pendapatan industri seng Indonesia. Tingginya harga seng dengan kualitas yang baik tidak bisa bersaing dengan seng ilegal murahan. Dia meminta pemerintah agar memperhatikan dan menindak keberadaan seng ilegal tersebut.
"50 persen turun (pendapatan) diganggu terus. Kita desak supaya pemerintah memperhatikan industri. Industri ini menjaga kualitas mereka. Industri mahal dari impor karena dituntut kualitas dan ada cost yang muncul. Bukan berarti untungnya banyak. Industri harus complain dengan aturan yang ada," pungkas dia.
Pasalnya, seng tersebut dijual lebih murah dari seng industri lokal, namun kualitasnya sangat buruk. Jika pemerintah masih membiarkan ini terjadi maka Indonesia hanya akan menjadi negara penampung barang rongsokan dari China.
Dia mengutarakan, konsumen Indonesia yang membeli barang hanya dengan melihat harga tanpa mempertimbangkan kualitas.
"Impor itu tidak bisa menyamakan kualitas kita. Masyarakat kita yang penting harga murah mau bodong enggak bodong sama saja. Masa kita jadi penampung rongsokan China," katanya di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (26/11/2013).
Selain itu, masuknya seng ilegal ini juga menggerus pendapatan industri seng Indonesia. Tingginya harga seng dengan kualitas yang baik tidak bisa bersaing dengan seng ilegal murahan. Dia meminta pemerintah agar memperhatikan dan menindak keberadaan seng ilegal tersebut.
"50 persen turun (pendapatan) diganggu terus. Kita desak supaya pemerintah memperhatikan industri. Industri ini menjaga kualitas mereka. Industri mahal dari impor karena dituntut kualitas dan ada cost yang muncul. Bukan berarti untungnya banyak. Industri harus complain dengan aturan yang ada," pungkas dia.
(izz)