Pemilik kendaraan keluhkan pemasangan RFID
A
A
A
Sindonews.com - Sejumlah pemilik kendaraan kecewa atas pemasangan perangkat radio frequency identification (RFID) untuk bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di sejumlah pom bensin Jakarta Barat, kemarin. Pasalnya, meski pom bensin tersebut terdaftar dapat melayani pemasangan RFID, namun tidak ada petugasnya.
Salah satu pengendara mobil, Untoyo mengatakan bahwa pemerintah dalam menerapkan program RFID sebagai pembatasan subsidi dinilai terlalu terburu-buru. Dia melihat, belum ada kesiapan, terutama petugas untuk pemasangan RFID tersebut.
Untuk itu, dia berharap agar pemerintah memperhatikan segala persiapannya, khsusnya kesiapan petugas di lapangan.
"Saya dengar di radio, pemasangan RFID di Jakarta Barat ada di KS Tubun dan di Arteri Kelapa Dua, namun nyatanya setelah saya sambangi dua-duanya tidak bisa dan tutup," kata Untoyo, Kamis (28/11/2013) malam.
Warga Tanjung Duren itu khawatir jika pemasangan RFID dibatasi hingga akhir November ini. Padahal, karyawan swasta di kawasan Kebon Jeruk ini sangat butuh BBM bersubsidi.
"RFID ini kan pembatasan subsidi. Kalau saya tidak punya RFID, saya harus mengisi di pom bensin Total atau pertamax. Artinya, kalau mobil saya biasa isi premium Rp200.000 harus diisi Rp400.000, itu kan dua kali lipatnya," kata dia.
Pemilik kendaraan lainnya, Yakub mengatakan program RFID ibarat mendengar burung berkicau tetapi tidak terlihat burungnya.
"Saya lihat di internet katanya di SPBU Arteri kelapa Dua menyediakan RFID. Namun nyatanya, petugasnya tidak ada. Katanya tidak ada yang masang," ungkap dia.
Kordinator layanan pelanggan PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Inti) Tio mengatakan, pihaknya tidak mengetahui kenapa petugas pemasangan RFID tidak bertugas. Pasalnya, dia hanya petugas pemasangan sistem online RFID.
"Saya di sini cuma menghidupkan sistem online-nya. Jadi, kalau ada yang sudah terpasang RFID, mereka sudah bisa terdata di online kami," jelas Tio.
Tio menjelaskan, pemasangan RFID itu gratis dan tidak memiliki batas waktu. Jadi, sejumlah pengendara tidak perlu khawatir dan takut tidak mendapatkan RFID. Pemasangan RFID, juga bisa dilakukan di SPBU mana saja, yang terdapat tenda pos pemasangan RFID.
"Petugas tidak ada, mungkin karena banyak antrian. Kalau SPBU yang menyediakan silakan cek di call center Pertamina," ujar dia.
Manager Area SPBU Arteri kelapa Dua Eko mengatakan, pihaknya sangat kecewa dengan program RFID. Pasalnya, sebagai penjual bensin di SPBU tersebut, SPBU-nya malah dipenuhi antrian memasang RFID.
Eko menganggap program RFID tidak efektif. menurut dia, pemerintah mematangkan dulu konsep pelaksanaan program tersebut agar tidak terjadi keluhan-keluhan seperti ini.
"Kami welcome saja dengan semua program pemerintah. Tapi kalau tidak siap ya seperti ini, polisi, Binmas dan petugas SPBU jadi kewalahan ngurus RFID," jelas dia.
Sementara itu, pemasangan RFID yang terjadi di SPBU KS Tubun juga tidak bisa melayani. Berdasarkan pantauan, di depan SPBU tertulis, pelayanan pemasangan RFID tutup. Namun, saat dikonfirmasi tidak ada satupun yang bisa menjelaskan.
"Saya mau masang RFID yang katanya bisa silakukan di KS Tubun, tapi petugas di sana bilang sudah tutup dari pagi," ujar Edi, pengendara sepeda motor.
Salah satu pengendara mobil, Untoyo mengatakan bahwa pemerintah dalam menerapkan program RFID sebagai pembatasan subsidi dinilai terlalu terburu-buru. Dia melihat, belum ada kesiapan, terutama petugas untuk pemasangan RFID tersebut.
Untuk itu, dia berharap agar pemerintah memperhatikan segala persiapannya, khsusnya kesiapan petugas di lapangan.
"Saya dengar di radio, pemasangan RFID di Jakarta Barat ada di KS Tubun dan di Arteri Kelapa Dua, namun nyatanya setelah saya sambangi dua-duanya tidak bisa dan tutup," kata Untoyo, Kamis (28/11/2013) malam.
Warga Tanjung Duren itu khawatir jika pemasangan RFID dibatasi hingga akhir November ini. Padahal, karyawan swasta di kawasan Kebon Jeruk ini sangat butuh BBM bersubsidi.
"RFID ini kan pembatasan subsidi. Kalau saya tidak punya RFID, saya harus mengisi di pom bensin Total atau pertamax. Artinya, kalau mobil saya biasa isi premium Rp200.000 harus diisi Rp400.000, itu kan dua kali lipatnya," kata dia.
Pemilik kendaraan lainnya, Yakub mengatakan program RFID ibarat mendengar burung berkicau tetapi tidak terlihat burungnya.
"Saya lihat di internet katanya di SPBU Arteri kelapa Dua menyediakan RFID. Namun nyatanya, petugasnya tidak ada. Katanya tidak ada yang masang," ungkap dia.
Kordinator layanan pelanggan PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Inti) Tio mengatakan, pihaknya tidak mengetahui kenapa petugas pemasangan RFID tidak bertugas. Pasalnya, dia hanya petugas pemasangan sistem online RFID.
"Saya di sini cuma menghidupkan sistem online-nya. Jadi, kalau ada yang sudah terpasang RFID, mereka sudah bisa terdata di online kami," jelas Tio.
Tio menjelaskan, pemasangan RFID itu gratis dan tidak memiliki batas waktu. Jadi, sejumlah pengendara tidak perlu khawatir dan takut tidak mendapatkan RFID. Pemasangan RFID, juga bisa dilakukan di SPBU mana saja, yang terdapat tenda pos pemasangan RFID.
"Petugas tidak ada, mungkin karena banyak antrian. Kalau SPBU yang menyediakan silakan cek di call center Pertamina," ujar dia.
Manager Area SPBU Arteri kelapa Dua Eko mengatakan, pihaknya sangat kecewa dengan program RFID. Pasalnya, sebagai penjual bensin di SPBU tersebut, SPBU-nya malah dipenuhi antrian memasang RFID.
Eko menganggap program RFID tidak efektif. menurut dia, pemerintah mematangkan dulu konsep pelaksanaan program tersebut agar tidak terjadi keluhan-keluhan seperti ini.
"Kami welcome saja dengan semua program pemerintah. Tapi kalau tidak siap ya seperti ini, polisi, Binmas dan petugas SPBU jadi kewalahan ngurus RFID," jelas dia.
Sementara itu, pemasangan RFID yang terjadi di SPBU KS Tubun juga tidak bisa melayani. Berdasarkan pantauan, di depan SPBU tertulis, pelayanan pemasangan RFID tutup. Namun, saat dikonfirmasi tidak ada satupun yang bisa menjelaskan.
"Saya mau masang RFID yang katanya bisa silakukan di KS Tubun, tapi petugas di sana bilang sudah tutup dari pagi," ujar Edi, pengendara sepeda motor.
(rna)