Alat monitoring kontainer pelabuhan ini ditambah
A
A
A
Sindonews.com – Badan Pengawasan Tenaga Nuklir Nasional (Bapeten) menyatakan pemerintah siap menambah alat monitoring kontainer atau radiation portal monitor (RPM) di sejumlah pelabuhan di wilayah Indonesia Timur pada 2014.
Direktur Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir Bapeten Suharyanta mengatakan, pemasangan sistem deteksi tersebut dapat dipasang di pelabuhan-pelabuhan utama, seperti Tanjung Priok (Jakarta), Soekarno Hatta (Makasar) dan Belawan (Sumatera Utara).
“Ini dilakukan semata untuk meningkatkan keamanan nasional terhadap nuklir melalui sistem dan front liner-nya adalah Bea dan Cukai,” kata Suharyanta dalam rilisnya di Jakarta, Sabtu (30/11/2013).
Dia mengakui, tenaga nuklir memang banyak digunakan untuk bidang kesehatan, logging, pengeboran minyak dan radigrafi industri. Bila dilihat dari jumlahnya, ada ribuan sumber nuklir yang digunakan.
Upaya tersebut dilakukan untuk mendeteksi keberadaan zat radioaktif atau bahan nuklir di dalam kontener tanpa harus membuka kontainer, mencegah illicit trafficking dan smuggling dalam transportasi kegiatan impor-ekspor komoditi.
Maka kerja sama juga harus dilakukan dengan regulator, yakni Kementerian Perhubungan, operator pelabuhan dan operator bandar udara.
Suharyanta mengungkapkan, Bapetan juga siap membantu berbagai pihak dalam pengoperasian RPM. Alat monitoring tersebut sudah terpasang di Tanjung Priok dan Batam sejak 2005 dan di Tanjung Perak, Surabaya dan Belawan pada 2012 lalu.
“Selanjutnya rencana RPM juga akan dipasang di Indonesia Timur, yakni di Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara dan Soekarno Hatta. Begitu juga di Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang,” ujar dia.
Direktur Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir Bapeten Suharyanta mengatakan, pemasangan sistem deteksi tersebut dapat dipasang di pelabuhan-pelabuhan utama, seperti Tanjung Priok (Jakarta), Soekarno Hatta (Makasar) dan Belawan (Sumatera Utara).
“Ini dilakukan semata untuk meningkatkan keamanan nasional terhadap nuklir melalui sistem dan front liner-nya adalah Bea dan Cukai,” kata Suharyanta dalam rilisnya di Jakarta, Sabtu (30/11/2013).
Dia mengakui, tenaga nuklir memang banyak digunakan untuk bidang kesehatan, logging, pengeboran minyak dan radigrafi industri. Bila dilihat dari jumlahnya, ada ribuan sumber nuklir yang digunakan.
Upaya tersebut dilakukan untuk mendeteksi keberadaan zat radioaktif atau bahan nuklir di dalam kontener tanpa harus membuka kontainer, mencegah illicit trafficking dan smuggling dalam transportasi kegiatan impor-ekspor komoditi.
Maka kerja sama juga harus dilakukan dengan regulator, yakni Kementerian Perhubungan, operator pelabuhan dan operator bandar udara.
Suharyanta mengungkapkan, Bapetan juga siap membantu berbagai pihak dalam pengoperasian RPM. Alat monitoring tersebut sudah terpasang di Tanjung Priok dan Batam sejak 2005 dan di Tanjung Perak, Surabaya dan Belawan pada 2012 lalu.
“Selanjutnya rencana RPM juga akan dipasang di Indonesia Timur, yakni di Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara dan Soekarno Hatta. Begitu juga di Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang,” ujar dia.
(rna)