Laju IHSG sepekan tergantung rilis inflasi
A
A
A
Sindonews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sepekan ini diprediksi akan sangat bergantung pada pengumuman data inflasi dan neraca perdagangan yang akan dirilis tepat awal pekan ini.
"Diperkirakan pekan ini, IHSG akan berada pada rentang support 4.195-4.238 dan resisten 4.289-4.367," prediksi Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada, Senin (2/12/2013).
IHSG gagal bertahan di kisaran target support 4.282-4.310, sehingga memberikan gambaran aksi jual masih terjadi dan dapat kembali menahan laju IHSG di pekan ini, sehingga IHSG belum dapat keluar dari tren pelemahannya.
"Diharapkan rilis data-data ekonomi di awal pekan dapat lebih baik untuk mengurangi tekanan jual, namun tetap mewaspadai potensi pembalikan arah," ujar Reza.
Menilik laju IHSG di pekan kemarin, jelang akhir pekan yang sekaligus akhir bulan November, laju IHSG masih dalam zona tren penurunannya meskipun dapat ditutup menguat setelah di menit-menit terakhir terjadi aksi beli yang mengangkat IHSG.
Akan tetapi, IHSG belumlah sepenuhnya mengonfirmasi penguatan lanjutan. Sentimen dari dalam negeri, dimana laju nilai tukar rupiah terus mengalami kemerosotannya membuat mood pelaku pasar berkurang, sehingga mereka kembali lebih memilih mengamankan posisi masing-masing.
"Apalagi sentimen dari data-data ekonomi yang akan dirilis pada pekan ini membuat pelaku pasar bersikap menahan diri," kata Reza.
Di sisi lain, meski asing mencatatkan jual bersih, namun terlihat mulai kembali melakukan beli bersih dengan memanfaatkan aksi jual yang melemahkan pasar.
Sepanjang pekan kemarin, asing berkurang aksi jualannya hingga senilai Rp8,69 miliar atau lebih rendah dari pekan sebelumnya Rp242,488 miliar. Mengawali pekan kemarin, IHSG masih sempat berada dalam zona hijau memanfaatkan positifnya laju bursa saham AS yang berimbas pada laju bursa saham Asia.
Akan tetapi, laju penguatan IHSG yang diharapkan dapat naik secara signifikan tidak sepenuhnya terjadi karena tertahan dengan masih melemahnya nilai tukar rupiah.
Kondisi pasar untuk jualan belum sepenuhnya sirna, sehingga IHSG pun hanya mengalami penguatan terbatas dan setiap kenaikan yang terjadi dimanfaatkan untuk ambil untung.
Belum lagi masih adanya aksi jualan asing membuat IHSG makin jauh dari harapan penguatan lanjutan. Pasca terjadinya aksi jual besar-besaran karena menanggapi negatif makin melemahnya nilai tukar rupiah, IHSG sempat dapat berbalik kembali menguat.
"Masih turunnya nilai tukar Rupiah dan bahkan tambah parah ketika level ketahanan yang seharusnya terjaga dapat tertembus, sehingga menimbulkan persepsi semakin dalamnya laju pelemahan tersebut dan anjloknya harga-harga obligasi pemerintah membuat laju IHSG semakin terseok-seok," tutur dia.
"Diperkirakan pekan ini, IHSG akan berada pada rentang support 4.195-4.238 dan resisten 4.289-4.367," prediksi Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada, Senin (2/12/2013).
IHSG gagal bertahan di kisaran target support 4.282-4.310, sehingga memberikan gambaran aksi jual masih terjadi dan dapat kembali menahan laju IHSG di pekan ini, sehingga IHSG belum dapat keluar dari tren pelemahannya.
"Diharapkan rilis data-data ekonomi di awal pekan dapat lebih baik untuk mengurangi tekanan jual, namun tetap mewaspadai potensi pembalikan arah," ujar Reza.
Menilik laju IHSG di pekan kemarin, jelang akhir pekan yang sekaligus akhir bulan November, laju IHSG masih dalam zona tren penurunannya meskipun dapat ditutup menguat setelah di menit-menit terakhir terjadi aksi beli yang mengangkat IHSG.
Akan tetapi, IHSG belumlah sepenuhnya mengonfirmasi penguatan lanjutan. Sentimen dari dalam negeri, dimana laju nilai tukar rupiah terus mengalami kemerosotannya membuat mood pelaku pasar berkurang, sehingga mereka kembali lebih memilih mengamankan posisi masing-masing.
"Apalagi sentimen dari data-data ekonomi yang akan dirilis pada pekan ini membuat pelaku pasar bersikap menahan diri," kata Reza.
Di sisi lain, meski asing mencatatkan jual bersih, namun terlihat mulai kembali melakukan beli bersih dengan memanfaatkan aksi jual yang melemahkan pasar.
Sepanjang pekan kemarin, asing berkurang aksi jualannya hingga senilai Rp8,69 miliar atau lebih rendah dari pekan sebelumnya Rp242,488 miliar. Mengawali pekan kemarin, IHSG masih sempat berada dalam zona hijau memanfaatkan positifnya laju bursa saham AS yang berimbas pada laju bursa saham Asia.
Akan tetapi, laju penguatan IHSG yang diharapkan dapat naik secara signifikan tidak sepenuhnya terjadi karena tertahan dengan masih melemahnya nilai tukar rupiah.
Kondisi pasar untuk jualan belum sepenuhnya sirna, sehingga IHSG pun hanya mengalami penguatan terbatas dan setiap kenaikan yang terjadi dimanfaatkan untuk ambil untung.
Belum lagi masih adanya aksi jualan asing membuat IHSG makin jauh dari harapan penguatan lanjutan. Pasca terjadinya aksi jual besar-besaran karena menanggapi negatif makin melemahnya nilai tukar rupiah, IHSG sempat dapat berbalik kembali menguat.
"Masih turunnya nilai tukar Rupiah dan bahkan tambah parah ketika level ketahanan yang seharusnya terjaga dapat tertembus, sehingga menimbulkan persepsi semakin dalamnya laju pelemahan tersebut dan anjloknya harga-harga obligasi pemerintah membuat laju IHSG semakin terseok-seok," tutur dia.
(rna)