Firmanzah: Perlambatan ekonomi pilihan terbaik
A
A
A
Sindonews.com - Pertumbuhan ekonomi nasional triwulan III/2013 melambat di level 5,6 persen dan hingga akhir tahun pertumbuhan ekonomi diprediksi akan berada pada kisaran 5,5-5,9 persen.
Meski demikian, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Firmanzah mengatakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi 2013 merupakan pilihan terbaik untuk merespon dinamika ekonomi global di tengah proses pembangunan nasional yang sedang berjalan.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang terlalu tinggi berpotensi memperlebar defisit transaksi berjalan, mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagian besar disumbangkan oleh konsumsi domestik.
"Dengan kebijakan perlambatan pertumbuhan, stabilitas perekonomian nasional dapat terus ditingkatkan dan menghindari risiko pemanasan ekonomi yang banyak dialami negara-negara lain," kata dia seperti dikutip dari situs resmi Setkab, Senin (2/12/2013).
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan ini menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tinggi dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong tingginya daya beli masyarakat. Sehingga tingkat permintaan pun semakin meningkat.
Sejalan dengan itu, kelas menengah di Indonesia bertumbuh pesat yang juga memberi kontribusi besar pada peningkatan permintaan. Namun, karena produksi dalam negeri belum memadai, maka pemenuhan permintaan ini ditempuh melalui impor. "Ini yang kemudian menjadi kontributor utama defisit tranksaksi berjalan," ujar Firmanzah.
Dia menyebutkan, selama beberapa waktu terakhir, neraca perdagangan terus defisit akibat meningkatnya impor, khususnya migas. Sementara laju ekspor relatif lebih kecil dibanding laju impor.
Meski demikian, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Firmanzah mengatakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi 2013 merupakan pilihan terbaik untuk merespon dinamika ekonomi global di tengah proses pembangunan nasional yang sedang berjalan.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang terlalu tinggi berpotensi memperlebar defisit transaksi berjalan, mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagian besar disumbangkan oleh konsumsi domestik.
"Dengan kebijakan perlambatan pertumbuhan, stabilitas perekonomian nasional dapat terus ditingkatkan dan menghindari risiko pemanasan ekonomi yang banyak dialami negara-negara lain," kata dia seperti dikutip dari situs resmi Setkab, Senin (2/12/2013).
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan ini menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tinggi dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong tingginya daya beli masyarakat. Sehingga tingkat permintaan pun semakin meningkat.
Sejalan dengan itu, kelas menengah di Indonesia bertumbuh pesat yang juga memberi kontribusi besar pada peningkatan permintaan. Namun, karena produksi dalam negeri belum memadai, maka pemenuhan permintaan ini ditempuh melalui impor. "Ini yang kemudian menjadi kontributor utama defisit tranksaksi berjalan," ujar Firmanzah.
Dia menyebutkan, selama beberapa waktu terakhir, neraca perdagangan terus defisit akibat meningkatnya impor, khususnya migas. Sementara laju ekspor relatif lebih kecil dibanding laju impor.
(izz)