Butuh waktu 2 tahun rupiah bisa kembali bangkit
A
A
A
Sindonews.com - Analis ekonomi dari Bank Mandiri, Rully Arya Wisnubroto mengemukakan, rupiah hingga 2014 masih akan tertekan dan sulit untuk bangkit. Butuh waktu 2 tahun rupiah bisa kembali menguat.
"Pelemahan rupiah salah satunya didorong oleh rencana pengurangan stimulus The Fed. Di mana saat ini masih menjadi spekulasi," kata Rully saat dihubungi Sindonews, Sabtu (7/12/2013).
Menurutnya, The Fed telah mengatakan akan menjalankan rencana tersebut apabila tingkat pengangguran di Amerika Serikat (AS) turun, dan ternyata susut. Sehingga, mereka akan menjalankan stimulus lebih cepat dari proyeksi semula.
"Tingkat pengangguran di AS turun dari 7,3 persen menjadi 7 persen. Ini mendekati target 6,5 persen. Inilah yang menyebabkan rupiah tertekan," jelasnya.
Selain itu, dari dalam negeri data ekspor dan impor pada Oktober terjadi surplus perdagangan. Namun, neraca transaksi berjalan masih defisit, ini juga menyebabkan nilai tukar rupiah masih belum bisa menguat.
Dia melihat masih butuh waktu dua tahunan untuk dapat mengatasi masalah ini, karena impor negara juga besar, terutama minyak. Sementara nilai ekspor masih sulit karena harga komoditas seperti batu bara masih belum bisa naik, seperti yang terjadi pada 2008 dan 2009
"2014 masih sulit untuk rupiah menguat selama neraca transaksi berjalan defisit, dan untuk menguranginya tidak bisa dalam jangka waktu yang pendek," tandasnya.
"Pelemahan rupiah salah satunya didorong oleh rencana pengurangan stimulus The Fed. Di mana saat ini masih menjadi spekulasi," kata Rully saat dihubungi Sindonews, Sabtu (7/12/2013).
Menurutnya, The Fed telah mengatakan akan menjalankan rencana tersebut apabila tingkat pengangguran di Amerika Serikat (AS) turun, dan ternyata susut. Sehingga, mereka akan menjalankan stimulus lebih cepat dari proyeksi semula.
"Tingkat pengangguran di AS turun dari 7,3 persen menjadi 7 persen. Ini mendekati target 6,5 persen. Inilah yang menyebabkan rupiah tertekan," jelasnya.
Selain itu, dari dalam negeri data ekspor dan impor pada Oktober terjadi surplus perdagangan. Namun, neraca transaksi berjalan masih defisit, ini juga menyebabkan nilai tukar rupiah masih belum bisa menguat.
Dia melihat masih butuh waktu dua tahunan untuk dapat mengatasi masalah ini, karena impor negara juga besar, terutama minyak. Sementara nilai ekspor masih sulit karena harga komoditas seperti batu bara masih belum bisa naik, seperti yang terjadi pada 2008 dan 2009
"2014 masih sulit untuk rupiah menguat selama neraca transaksi berjalan defisit, dan untuk menguranginya tidak bisa dalam jangka waktu yang pendek," tandasnya.
(dmd)