Ekonomi RI bersiap hadapi tahun tantangan
A
A
A
Sindonews.com - Hanya hitungan hari, 2013 akan berlalu. Selanjutnya, perekonomian nasional akan mulai membuka lembaran baru 2014, yang diyakini penuh tantangan sekaligus peluang.
Dalam Outlook Indonesia 2014 Koran Sindo, edisi Senin (16/12/2013), konsensus para ekonom menyebutkan, perekonomian Indonesia akan mengalami perlambatan pada 2014. Ekonomi global yang masih lemah, investasi yang terus turun, pelaksanaan pemilihan umum (pemilu), serta besarnya defisit transasksi berjalan, menjadi tantangan bagi perekonomian nasional.
Perlambatan ekonomi tersebut tercermin dari proyeksi beberapa lembaga internasional, yaitu Dana Moneter Internasional (International Moneter Fund/IMF), Bank Dunia, dan Bank Pembangunan Asia (Asian Depelopment Bank/ADB). Pada Juni 2013, ketiga lembaga tersebut memproyeksikan pertumbuhan di kisaran 6,2-6,6 persen. Namun, pada Okteber lalu terjadi revisi ke bawah 5,5-5,8 persen.
Pemerintah bahkan merevisi lebih awal dalam Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2014, yang disampaikan 16 Agustus lalu, sebesar 6,4 persen. Asumsi tersebut direvisi menjadi 6 persen, hanya dua pekan setelah diajukan.
"Realisasi ekonomi makro 2013 yang diperkirakan meleset dari asumsi APBN-P 2013 berdampak perlu dilakukannya penyesuaian asumsi dasar ekonomi makro RAPBN 2013," ujar Menteri Keuangan M Chatib Basri.
Faktor dari luar, membaiknya ekonomi Amerika Serikat (AS) bisa menjadi alasan bagi Reserve Federal (The Fed) untuk segera menarik stimulus moneter (tapering off), yang dikhawatirkan dapat memicu gejolak di pasar keuangan berupa capital outflow.
Situasi di dalam negeri juga memasuki era Pemilu 2014, yang dapat mempengaruhi perkembangan perekonomian.
Terlepas dari itu semua, tak ada yang tahu secara pasti kondisi perekonomian tahun depan. Ada peluang terbentang, ada juga tantangan yang menghadang. Tinggal bagaimana menjawab tantangan itu semua agar perekonomian nasional bisa tumbuh sesuai harapan.
Baca selengkapnya Koran Sindo, edisi Senin (16/12/2013).
Dalam Outlook Indonesia 2014 Koran Sindo, edisi Senin (16/12/2013), konsensus para ekonom menyebutkan, perekonomian Indonesia akan mengalami perlambatan pada 2014. Ekonomi global yang masih lemah, investasi yang terus turun, pelaksanaan pemilihan umum (pemilu), serta besarnya defisit transasksi berjalan, menjadi tantangan bagi perekonomian nasional.
Perlambatan ekonomi tersebut tercermin dari proyeksi beberapa lembaga internasional, yaitu Dana Moneter Internasional (International Moneter Fund/IMF), Bank Dunia, dan Bank Pembangunan Asia (Asian Depelopment Bank/ADB). Pada Juni 2013, ketiga lembaga tersebut memproyeksikan pertumbuhan di kisaran 6,2-6,6 persen. Namun, pada Okteber lalu terjadi revisi ke bawah 5,5-5,8 persen.
Pemerintah bahkan merevisi lebih awal dalam Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2014, yang disampaikan 16 Agustus lalu, sebesar 6,4 persen. Asumsi tersebut direvisi menjadi 6 persen, hanya dua pekan setelah diajukan.
"Realisasi ekonomi makro 2013 yang diperkirakan meleset dari asumsi APBN-P 2013 berdampak perlu dilakukannya penyesuaian asumsi dasar ekonomi makro RAPBN 2013," ujar Menteri Keuangan M Chatib Basri.
Faktor dari luar, membaiknya ekonomi Amerika Serikat (AS) bisa menjadi alasan bagi Reserve Federal (The Fed) untuk segera menarik stimulus moneter (tapering off), yang dikhawatirkan dapat memicu gejolak di pasar keuangan berupa capital outflow.
Situasi di dalam negeri juga memasuki era Pemilu 2014, yang dapat mempengaruhi perkembangan perekonomian.
Terlepas dari itu semua, tak ada yang tahu secara pasti kondisi perekonomian tahun depan. Ada peluang terbentang, ada juga tantangan yang menghadang. Tinggal bagaimana menjawab tantangan itu semua agar perekonomian nasional bisa tumbuh sesuai harapan.
Baca selengkapnya Koran Sindo, edisi Senin (16/12/2013).
(dmd)