Pertamina keluhkan jualan elpiji 12 kg
A
A
A
Sindonews.com - Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Ali Mundakir mengatakan, harga elpiji yang saat ini di atas Rp11.000 per kg, tetap saja masih menimbulkan kerugian bagi Pertamina.
"Harganya Rp11.000, Pertamina jual ke masyarakat kembali ke Pertamina cuma Rp4.910 berarti kita subsidi lebih dari Rp6.000, subsidi kan rugi," ucapnya di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin (16/12/2013).
Dia menjelaskan, bahwa Pertamina menjual dengan harga Rp5.850 tetapi harus dipotong pajak 10 persen ke pemerintah, lalu dipotong untuk pembayaran agen sebesar Rp400. Sehingga Pertamina hanya menerima Rp4.910.
"Kita susah subsidi barangnya, agennya kita bayar, biaya isi kita tanggung, lalu belum lagi transportnya, ini yang mau kita rubah," jelasnya.
Pihaknya ingin merubah sistem seperti itu, karena hal tersebut telah berlangsung sejak 2005 ketika harga elpiji masih kisaran Rp6 ribu per kg.
Namun, walaupun sistem dirubah dan meminta pihak agen yang datang untuk membeli elpiji ke Pertamina serta menanggung biaya isi dan angkut, tetap saja Pertamina masih mengalami kerugian.
"Pada tahun ini kerugian kita Rp5,7 triliun, kerugian pertamina, subsidi Pertamina kepada masyarakat," ujarnya.
Dengan kerugian sebesar itu, dia mengatakan, Pertamina terpaksa mengurangi laba perusahaan untuk menutupi total kerugian. Namun, jika 2014 tidak ada perubahan, maka tidak mungkin total kerugian yang Pertamina alami sebesar Rp6 triliun, karena dengan harga elpiji Rp11.000 hanya mengurangi Rp300 miliar dari total kerugian mereka.
"Harganya Rp11.000, Pertamina jual ke masyarakat kembali ke Pertamina cuma Rp4.910 berarti kita subsidi lebih dari Rp6.000, subsidi kan rugi," ucapnya di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin (16/12/2013).
Dia menjelaskan, bahwa Pertamina menjual dengan harga Rp5.850 tetapi harus dipotong pajak 10 persen ke pemerintah, lalu dipotong untuk pembayaran agen sebesar Rp400. Sehingga Pertamina hanya menerima Rp4.910.
"Kita susah subsidi barangnya, agennya kita bayar, biaya isi kita tanggung, lalu belum lagi transportnya, ini yang mau kita rubah," jelasnya.
Pihaknya ingin merubah sistem seperti itu, karena hal tersebut telah berlangsung sejak 2005 ketika harga elpiji masih kisaran Rp6 ribu per kg.
Namun, walaupun sistem dirubah dan meminta pihak agen yang datang untuk membeli elpiji ke Pertamina serta menanggung biaya isi dan angkut, tetap saja Pertamina masih mengalami kerugian.
"Pada tahun ini kerugian kita Rp5,7 triliun, kerugian pertamina, subsidi Pertamina kepada masyarakat," ujarnya.
Dengan kerugian sebesar itu, dia mengatakan, Pertamina terpaksa mengurangi laba perusahaan untuk menutupi total kerugian. Namun, jika 2014 tidak ada perubahan, maka tidak mungkin total kerugian yang Pertamina alami sebesar Rp6 triliun, karena dengan harga elpiji Rp11.000 hanya mengurangi Rp300 miliar dari total kerugian mereka.
(izz)