Harga minyak di Asia turun akibat spekulasi stimulus AS
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia melemah di tengah ekspektasi Federal Reserve AS (The Fed) akan segera mengurangi skala program stimulus setelah pertemuan kebijakan utama pekan ini.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, turun 11 sen menjadi USD97,37 per barel pada perdagangan pertengahan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Februari, turun 20 sen menjadi USD109,21 per barel.
"Harga minyak mentah mengalami tekanan ke bawah (komite kebijakan Fed) mendorong investor untuk berdiri di sela-sela. Serangkaian rilis ekonomi positif AS sekali lagi menghidupkan kembali antisipasi tapering secara dini mengambil di tempat," ujar Tan Chee Tat, analis investasi Phillip Futures, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Selasa (17/12/2013).
Kebijakan utama Fed akan bertemu selama dua hari untuk menimbang apakah pertumbuhan cukup kuat akan memotong skema pembelian obligasi USD85 miliar per bulan.
Tapering off kemungkinan akan meningkatkan greenback, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain sehingga mengurangi permintaan.
Tan mengatakan, harga minyak mentah AS juga ditimbang penurunan signifikan dalam harga gas alam. "Akibatnya minyak mentah kemungkinan akan kehilangan beberapa permintaan akibat bahan baku yang menekan harga," katanya.
Investor juga memantau situasi di produsen minyak mentah Libya. Di mana demonstran bersenjata telah menolak menghentikan blokade panjang di terminal penting bagian timur negara itu.
Blokade pengiriman bahan bakar oleh minoritas suku Berber, telah memangkas produksi Libya sekitar 250.000 barel per hari (bph), dari tingkat normal hampir 1,5 juta bph.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, turun 11 sen menjadi USD97,37 per barel pada perdagangan pertengahan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Februari, turun 20 sen menjadi USD109,21 per barel.
"Harga minyak mentah mengalami tekanan ke bawah (komite kebijakan Fed) mendorong investor untuk berdiri di sela-sela. Serangkaian rilis ekonomi positif AS sekali lagi menghidupkan kembali antisipasi tapering secara dini mengambil di tempat," ujar Tan Chee Tat, analis investasi Phillip Futures, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Selasa (17/12/2013).
Kebijakan utama Fed akan bertemu selama dua hari untuk menimbang apakah pertumbuhan cukup kuat akan memotong skema pembelian obligasi USD85 miliar per bulan.
Tapering off kemungkinan akan meningkatkan greenback, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain sehingga mengurangi permintaan.
Tan mengatakan, harga minyak mentah AS juga ditimbang penurunan signifikan dalam harga gas alam. "Akibatnya minyak mentah kemungkinan akan kehilangan beberapa permintaan akibat bahan baku yang menekan harga," katanya.
Investor juga memantau situasi di produsen minyak mentah Libya. Di mana demonstran bersenjata telah menolak menghentikan blokade panjang di terminal penting bagian timur negara itu.
Blokade pengiriman bahan bakar oleh minoritas suku Berber, telah memangkas produksi Libya sekitar 250.000 barel per hari (bph), dari tingkat normal hampir 1,5 juta bph.
(dmd)