Harga minyak di perdagangan Asia turun
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia melemah memasuki Natal, karena dealer terlibat dalam aksi profit taking, dengan kurangnya landasan yang memacu pergerakan baru di pasar.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, turun 23 sen menjadi USD98,68 pada perdagangan sore. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Februari turun dua sen menjadi USD111,54 per barel.
"Belum ada banyak gerakan di komoditas atau mata uang pasar menjelang liburan, dan pedagang saat ini mengkuadratkan posisi off mereka," kata Ric Spooner, kepala analis pasar CMC Markets, Sydney, seperti dilansir dari AFP, Selasa (24/12/2013).
"Kami melihat beberapa profit taking di kontrak WTI setelah reli pekan lalu," tambahnya.
Harga minyak AS naik 2,8 persen pekan lalu, setelah data ekonomi optimis serta pengumuman Federal Reserve akan mulai memotong stimulus sebesar USD10 miliar sampai USD75 miliar per bulan pada Januari, menunjukkan kepercayaan dalam perekonomian.
Analis berbasis di Singapura, Phillip Futures mengatakan, harga minyak mempertahankan dukungan kuat karena sentimen permintaan di AS. Sementara persediaan dibatasi anggota OPEC, Libya dan Iran.
Output dari Libya terpukul blokade panjang di terminal ekspor minyak. Sementara ekspor Iran telah dibelah dua menjadi 1,2 juta barel per hari, sebagai sanksi internasional berikutnya terkait program nuklir di negara tersebut.
Phillip Futures mengatakan Komisi Perdagangan Komoditas Berjangka AS menunjukkan bahwa investor termasuk hedge fund dan pension funds meningkatkan long positions mereka pada minyak mentah dalam pekan sampai 17 Desember, yang mencerminkan sentimen positif terhadap komoditas.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, turun 23 sen menjadi USD98,68 pada perdagangan sore. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Februari turun dua sen menjadi USD111,54 per barel.
"Belum ada banyak gerakan di komoditas atau mata uang pasar menjelang liburan, dan pedagang saat ini mengkuadratkan posisi off mereka," kata Ric Spooner, kepala analis pasar CMC Markets, Sydney, seperti dilansir dari AFP, Selasa (24/12/2013).
"Kami melihat beberapa profit taking di kontrak WTI setelah reli pekan lalu," tambahnya.
Harga minyak AS naik 2,8 persen pekan lalu, setelah data ekonomi optimis serta pengumuman Federal Reserve akan mulai memotong stimulus sebesar USD10 miliar sampai USD75 miliar per bulan pada Januari, menunjukkan kepercayaan dalam perekonomian.
Analis berbasis di Singapura, Phillip Futures mengatakan, harga minyak mempertahankan dukungan kuat karena sentimen permintaan di AS. Sementara persediaan dibatasi anggota OPEC, Libya dan Iran.
Output dari Libya terpukul blokade panjang di terminal ekspor minyak. Sementara ekspor Iran telah dibelah dua menjadi 1,2 juta barel per hari, sebagai sanksi internasional berikutnya terkait program nuklir di negara tersebut.
Phillip Futures mengatakan Komisi Perdagangan Komoditas Berjangka AS menunjukkan bahwa investor termasuk hedge fund dan pension funds meningkatkan long positions mereka pada minyak mentah dalam pekan sampai 17 Desember, yang mencerminkan sentimen positif terhadap komoditas.
(dmd)