OJK: Hadapi AEC 2015, RI perkuat pasar finansial
A
A
A
Sindonews.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memandang, masih ada beberapa tantangan yang harus diperbaiki pada industri pasar modal dan pasar keuangan demi menciptakan stabilitas ekonomi Indonesia, terutama sektor pasar finansial dalam menyongsong ASEAN Economic Community (AEC) 2015.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad menggarisbawahi sejumlah tantangan yang perlu dihadapi dalam upaya pengembangan pasar modal pada tahun mendatang, antara lain keterbatasan jenis produk.
Ia mencontohkan, produk-produk yang tersedia sebagai pilihan investasi pemodal saat ini masih terbatas, baik dari sisi jumlah maupun jenis.
Senada dengan Muliaman, Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal OJK Nurhaida menilai, peningkatan jumlah produk dan pendalaman pasar keuangan (financial deepening) merupakan hal penting. Menurutnya, minimnya jumlah emiten di Indonesia menjadi salah satu hal yang harus ditingkatkan ke depan.
"Peningkatan produk harus dilakukan, (sekarang) yang berkembang baru saham, market kita di derivatif masih sangat minim. Dengan keterbatasan produk itu yang menyebabkan market kita terutama kondisi makro terpengaruh, dan itu mempengaruhi bagaimana asing melihat pasar kita," ungkapnya beberapa waktu lalu.
Hal tersebut terutama terkait dengan akan dilaksanakannya AEC yang mulai berlaku pada 2015 mendatang. "Nantinya pasar saham kita akan menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dibandingkan tahun ini. Terlebih pada 2015 nanti akan diberlakukan integrasi ekonomi ASEAN Economic Community," jelasnya.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad menggarisbawahi sejumlah tantangan yang perlu dihadapi dalam upaya pengembangan pasar modal pada tahun mendatang, antara lain keterbatasan jenis produk.
Ia mencontohkan, produk-produk yang tersedia sebagai pilihan investasi pemodal saat ini masih terbatas, baik dari sisi jumlah maupun jenis.
Senada dengan Muliaman, Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal OJK Nurhaida menilai, peningkatan jumlah produk dan pendalaman pasar keuangan (financial deepening) merupakan hal penting. Menurutnya, minimnya jumlah emiten di Indonesia menjadi salah satu hal yang harus ditingkatkan ke depan.
"Peningkatan produk harus dilakukan, (sekarang) yang berkembang baru saham, market kita di derivatif masih sangat minim. Dengan keterbatasan produk itu yang menyebabkan market kita terutama kondisi makro terpengaruh, dan itu mempengaruhi bagaimana asing melihat pasar kita," ungkapnya beberapa waktu lalu.
Hal tersebut terutama terkait dengan akan dilaksanakannya AEC yang mulai berlaku pada 2015 mendatang. "Nantinya pasar saham kita akan menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dibandingkan tahun ini. Terlebih pada 2015 nanti akan diberlakukan integrasi ekonomi ASEAN Economic Community," jelasnya.
(gpr)