Pertamina diminta jamin pasokan elpiji aman
A
A
A
Sindonews.com - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta PT Pertamina (Persero) menjamin ketersediaan pasokan elpiji nonsubsidi kemasan 12 kilogram (kg).
Pengurus YLKI Tulus Abadi menuturkan, konsumen elpiji kemasan 12 kg yang pada umumnya dikonsumsi oleh kelas menengah ke atas lebih mengutamakan ketersediaan pasokan dibandingkan kenaikan harga.
"Harga memang menjadi pertimbangan, namun bagi kelas menengah ketersediaan pasokan lebih utama," kata dia di Jakarta, Jumat (3/1/2013).
Dia menjelaskan, jaminan ketersediaan pasokan lebih penting karena sering kali pasokan tersendat, sehingga harga mengalami kenaikan di luar ketentuan. Karena itu, Pertamina harus kerja keras dalam hal menjamin pasokan elpiji kemasan 12 kg agar tidak terjadi kelangkaan.
"Selain itu, Pertamina juga harus menjamin kualitas produk elpiji 12 kg yang lebih baik. Misalnya, takaran harus tepat tidak dikurangi," ujar dia.
Di sisi lain, Tulus juga meminta kepada aparat kepolisan dan juga pemerintah daerah turut mengawasi ketersediaan pasokan. Pasalnya, jika tidak dijaga dapat terjadi pengurangan pasokan. Baru kemudian, bicara masalah harga.
Senada, Wakil Direktur ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menuturkan bahwa hal utama yang harus dilakukan oleh Pertamina adalah terkait ketersediaan pasokan. Setelah itu, kualitas produk, kemudian harga.
"Artinya, selama pasokan dan kualitas terjamin, harga menjadi tidak masalah," kata dia.
Dia juga menambahkan, kebijakan kenaikan harga elpiji yang dilakukan Pertamina merupakan aksi korporasi untuk mengurangi kerugian lebih besar. Kendati demikian, Pertamina tetap harus menjamin ketersediaan pasokan agar harga tidak makin naik di luar ketentuan.
Di samping itu, Pertamina dan pemerintah juga harus mengawasi secara ketat dampak yang timbukan dari kenaikan elpiji kemasan 12 kg ini, yakni migrasi konsumen nonsubsidi ke elpiji bersubsidi 3 kg.
"Polisi dan pemda juga mesti berperan di sini. Jangan lempar tanggung jawab," kata dia.
Pengurus YLKI Tulus Abadi menuturkan, konsumen elpiji kemasan 12 kg yang pada umumnya dikonsumsi oleh kelas menengah ke atas lebih mengutamakan ketersediaan pasokan dibandingkan kenaikan harga.
"Harga memang menjadi pertimbangan, namun bagi kelas menengah ketersediaan pasokan lebih utama," kata dia di Jakarta, Jumat (3/1/2013).
Dia menjelaskan, jaminan ketersediaan pasokan lebih penting karena sering kali pasokan tersendat, sehingga harga mengalami kenaikan di luar ketentuan. Karena itu, Pertamina harus kerja keras dalam hal menjamin pasokan elpiji kemasan 12 kg agar tidak terjadi kelangkaan.
"Selain itu, Pertamina juga harus menjamin kualitas produk elpiji 12 kg yang lebih baik. Misalnya, takaran harus tepat tidak dikurangi," ujar dia.
Di sisi lain, Tulus juga meminta kepada aparat kepolisan dan juga pemerintah daerah turut mengawasi ketersediaan pasokan. Pasalnya, jika tidak dijaga dapat terjadi pengurangan pasokan. Baru kemudian, bicara masalah harga.
Senada, Wakil Direktur ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menuturkan bahwa hal utama yang harus dilakukan oleh Pertamina adalah terkait ketersediaan pasokan. Setelah itu, kualitas produk, kemudian harga.
"Artinya, selama pasokan dan kualitas terjamin, harga menjadi tidak masalah," kata dia.
Dia juga menambahkan, kebijakan kenaikan harga elpiji yang dilakukan Pertamina merupakan aksi korporasi untuk mengurangi kerugian lebih besar. Kendati demikian, Pertamina tetap harus menjamin ketersediaan pasokan agar harga tidak makin naik di luar ketentuan.
Di samping itu, Pertamina dan pemerintah juga harus mengawasi secara ketat dampak yang timbukan dari kenaikan elpiji kemasan 12 kg ini, yakni migrasi konsumen nonsubsidi ke elpiji bersubsidi 3 kg.
"Polisi dan pemda juga mesti berperan di sini. Jangan lempar tanggung jawab," kata dia.
(rna)