Apindo: Kenaikan harga elpiji seharusnya bertahap
A
A
A
Sindonews.com - Kenaikan harga elpiji tabung 12 kilogram (kg) sebesar 68 persen pada 1 Januari lalu menambah beban bagi Industri Kecil dan Menengah (IKM) sektor makanan serta restoran.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, kenaikan harga elpiji seharusnya dilakukan secara bertahap mulai dengan naik 20 persen. Kenaikan bertahap tersebut bertujuan supaya para pengguna baik masyarakat maupun industri lebih mampu menyesuaikan harga.
“Kenaikan ini tentu menyebabkan mereka akan menaikkan harganya. Namun sayangnya daya beli masyarakat juga lemah, sulit mengikuti kenaikan harga produk,” kata Sofjan kepada SINDO, Jumat (3/1/2014).
Akibat kenaikan tersebut, Sofjan mengatakan, pengguna rumahan dipastikan akan beralih ke tabung gas 3 kg. Namun dengan beralihnya tersebut, subsidi yang dibayarkan pemerintah juga justru akan semakin membengkak. Selain itu dapat pula mendorong perilaku kriminal berupa pengoplosan tabung gas yang dapat berakibat pada kecelakaan dan korban jiwa.
Sedangkan untuk IKM, peralihan tersebut tidak mungkin dilakukan kerena adanya keterbatasan jumlah tabung serta elpiji 3 kg yang dinilai tidak efisien. Pasalnya, dengan mengganti ke kapasitas tabung yang lebih kecil, maka frekuensi penggantian tabung ketika beproduksi harus semakin sering dilakukan. Sedangkan untuk beralih ke tabung dengan kapasitas lebih besar juga sulit karena terhambat harga yang tinggi.
“Pemerintah dalam menetapkan kebijakan selalu tidak memandang multiplier effect nya. Menaikkan harga (elpiji) seharusnya jangan gegabah karena demi keuntungan satu atau dua perusahaan semata,” ujar Sofjan.
Sofjan mengatakan, pemerintah harus menyediakan alternatif pengganti untuk meringankan beban industri. Menurutnya, jika terus dibiarkan, IKM makanan akan runtuh dan menimbulkan banyak pengangguran. Selain itu, impor makanan juga akan meningkat karena lebih murah dan kosongnya pasar terhadap produk dalam negeri.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, kenaikan harga elpiji seharusnya dilakukan secara bertahap mulai dengan naik 20 persen. Kenaikan bertahap tersebut bertujuan supaya para pengguna baik masyarakat maupun industri lebih mampu menyesuaikan harga.
“Kenaikan ini tentu menyebabkan mereka akan menaikkan harganya. Namun sayangnya daya beli masyarakat juga lemah, sulit mengikuti kenaikan harga produk,” kata Sofjan kepada SINDO, Jumat (3/1/2014).
Akibat kenaikan tersebut, Sofjan mengatakan, pengguna rumahan dipastikan akan beralih ke tabung gas 3 kg. Namun dengan beralihnya tersebut, subsidi yang dibayarkan pemerintah juga justru akan semakin membengkak. Selain itu dapat pula mendorong perilaku kriminal berupa pengoplosan tabung gas yang dapat berakibat pada kecelakaan dan korban jiwa.
Sedangkan untuk IKM, peralihan tersebut tidak mungkin dilakukan kerena adanya keterbatasan jumlah tabung serta elpiji 3 kg yang dinilai tidak efisien. Pasalnya, dengan mengganti ke kapasitas tabung yang lebih kecil, maka frekuensi penggantian tabung ketika beproduksi harus semakin sering dilakukan. Sedangkan untuk beralih ke tabung dengan kapasitas lebih besar juga sulit karena terhambat harga yang tinggi.
“Pemerintah dalam menetapkan kebijakan selalu tidak memandang multiplier effect nya. Menaikkan harga (elpiji) seharusnya jangan gegabah karena demi keuntungan satu atau dua perusahaan semata,” ujar Sofjan.
Sofjan mengatakan, pemerintah harus menyediakan alternatif pengganti untuk meringankan beban industri. Menurutnya, jika terus dibiarkan, IKM makanan akan runtuh dan menimbulkan banyak pengangguran. Selain itu, impor makanan juga akan meningkat karena lebih murah dan kosongnya pasar terhadap produk dalam negeri.
(gpr)