Pemerintah permainkan harga gas elpiji

Senin, 06 Januari 2014 - 17:31 WIB
Pemerintah permainkan harga gas elpiji
Pemerintah permainkan harga gas elpiji
A A A
Sindonews.com - Keputusan PT Pertamina (Persero) menaikkan harga gas elpiji 12 kilogram (kg) dihujani protes berbagai kalangan. Kenaikan harga gas non subsidi yang mencapai 68 persen membuat harga gas elpiji 12 kilogram (kg) melonjak hingga tembus angka Rp138ribu, bahkan di Indonesia timur mencapai Rp300ribu.

Pertamina mengklaim kenaikan tersebut untuk menanggulangi kerugian yang diakibatkan bisnis tabung 12 kg yang tidak disubsidi pemerintah.

Pertamina berpegang pada hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menemukan kerugian sebesar Rp7 triliun pada 2013. Inilah yang menjadi alasan Pertamina memutuskan kenaikan harga gas elpiji 12 kg.

Sayangnya, pemerintah justru menyatakan, Pertamina tidak berkoordinasi mengenai kenaikan tersebut. Menko ekonomi Hatta Rajasa menyebut langkah Pertamina menaikkan harga gas 12 kg sebagai aksi korporasi, karena tidak berkaitan dengan subsidi pemerintah.

Sikap saling tunjuk dan lepas tangan pemerintah dan Pertamina ini meresahkan masyarakat. Anjuran pemerintah setelah rapat terbatas, kemarin yang meminta Pertamina meninjau kembali kenaikan tersebut tidak memberi jawaban yang dibutuhkan rakyat. Lagi-lagi rakyat Indonesia ditempatkan pada situasi yang menjepit dan tidak pasti.

Anggota Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Diana Napitupulu menyatakan, situasi ini menunjukkan kacaunya manajemen migas Indonesia. “Rezim SBY dulu yang mengumumkan konversi minyak tanah ke gas. Kini setelah pemakai gas meningkat, harga gas malah dipermainkan,” ujar Diana, Senin (6/1/2014).

Menurut dia, kerugian yang diderita tidak seharusnya dibebankan pada masyarakat. “Jika gas 12 kg merugi besar, memaksimalkan sektor lain bisa menjadi langkah strategis. Pertamina kan masih punya produk selain gas,” ujar Diana.

Sementara itu, Anggota Ikatan Bankir Indonesia Jeffry W Wurangian menilai, manajemen Pertamina harus diremajakan agar mampu membuat terobosan terkait industri migas Indonesia.

“Yang paling merasakan dampak dari kenaikan ini adalah lapisan masyarakat menengah ke bawah, yaitu kelompok masyarakat yang jumlahnya sangat besar,” tukasnya.

Menurut prediksinya, akibat lonjakan harga tabung 12 kg akan ada migrasi konsumen dari pengguna gas 12 kg ke gas 3 kg. Tabung gas melon yang disubsidi pemerintah tersebut akan kebanjiran permintaan yang berimplikasi pada ketersediaan dan stabilitas harga barang.

“Ekses dari tingginya harga gas 12 kg membuat masyarakat pengguna gas bersubsidi bertambah dan semakin membebani APBN 2014,” pungkas Jeffry.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8879 seconds (0.1#10.140)