Kisruh elpiji 12 kg bisa hambat IHSG
A
A
A
Sindonews.com - Semakin tidak kondusifnya iklim politik di tanah air, ditambah negatifnya sentimen yang datang dari luar negeri membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mengalami hambatan untuk memenuhi keinginan penguatannya.
Bahkan, secara teknikal pun IHSG menunjukkan tren bearish yang artinya masih berpeluang kembali tergerus pada perdagangan hari ini. "Rentang IHSG di kisaran 4,142-4,248. Pola Two Black Crows terbentuk atas IHSG mengindikasikan Bearish Continuation," kata Kepala Riset MNC Securities, Edwin Sebayang, Selasa (7/1/2014).
Belum cukup dengan itu, sentimen yang berhembus dari luar negeri pun diproyeksi akan berkontribusi pada pelemahan IHSG hari ini.
Terlihat, sebelum mencapai fokus utama pekan ini yakni release hasil FOMC Minutes di Rabu dan data Payrolls pada Jumat, investor sudah terlebih dahulu kecewa atas release data ISM Non-Manufacturing Desember yang berada di level 53, atau lebih rendah dibandingkan perkirakan awal yang diharapkan tumbuh 54,6.
Kekecewaan investor semakin lengkap dengan diumumkannya data ISM Non-Manufacturing November di level 53,9 sehingga menumbangkan Dow Jones sebesar -44,89 poin (-0,27 persen) ditutup di level 16.425,1 disertai turunnya The Vix sebesar -1,53 persen ditutup dilevel 13,55.
Dari dalam negeri, lelucon politik yang tidak lucu dalam rangka pencitraan oleh pemerintahan yang berkuasa saat ini terkait gonjang ganjing harga elpiji 12 kg sekali lagi membuktikan bahwa sudah waktunya pemerintahan saat ini secepatnya perlu diganti.
Karena, semakin lama berkuasa akan semakin banyak kebijakan yang tidak efektif akan dihasilkan di tengah kejatuhan EIDO (Indosesia ETF) sebesar -1.18 persen dan kejatuhan Dow Jones sebesar -44,89 poin (-0,27 persen) disertai kebijakan fraksi harga yang membuat semakin tidak menarik bagi para trader.
"Kondisi di atas membuat saya memperkirakan IHSG berpeluang kembali turun dalam perdagangan Selasa ini," tegas Edwin.
Menurutnya, perlu diwaspadai emiten berbasis energi, termasuk di dalamnya berbasis coal, karena harga minyak mentah dunia (Oil) diperkirakan bisa turun menuju USD80/barrel jika kesepakatan nuklir Iran bisa selesai total ditengah oil price pekan lalu turun sebesar -6.3 persen.
Artinya, kata dia, harga oil turun terendah sejak Juni 2013, setelah masuknya minyak dari Libya sebanyak 500.000/barrel per hari kepasar minyak dunia.
Bahkan, secara teknikal pun IHSG menunjukkan tren bearish yang artinya masih berpeluang kembali tergerus pada perdagangan hari ini. "Rentang IHSG di kisaran 4,142-4,248. Pola Two Black Crows terbentuk atas IHSG mengindikasikan Bearish Continuation," kata Kepala Riset MNC Securities, Edwin Sebayang, Selasa (7/1/2014).
Belum cukup dengan itu, sentimen yang berhembus dari luar negeri pun diproyeksi akan berkontribusi pada pelemahan IHSG hari ini.
Terlihat, sebelum mencapai fokus utama pekan ini yakni release hasil FOMC Minutes di Rabu dan data Payrolls pada Jumat, investor sudah terlebih dahulu kecewa atas release data ISM Non-Manufacturing Desember yang berada di level 53, atau lebih rendah dibandingkan perkirakan awal yang diharapkan tumbuh 54,6.
Kekecewaan investor semakin lengkap dengan diumumkannya data ISM Non-Manufacturing November di level 53,9 sehingga menumbangkan Dow Jones sebesar -44,89 poin (-0,27 persen) ditutup di level 16.425,1 disertai turunnya The Vix sebesar -1,53 persen ditutup dilevel 13,55.
Dari dalam negeri, lelucon politik yang tidak lucu dalam rangka pencitraan oleh pemerintahan yang berkuasa saat ini terkait gonjang ganjing harga elpiji 12 kg sekali lagi membuktikan bahwa sudah waktunya pemerintahan saat ini secepatnya perlu diganti.
Karena, semakin lama berkuasa akan semakin banyak kebijakan yang tidak efektif akan dihasilkan di tengah kejatuhan EIDO (Indosesia ETF) sebesar -1.18 persen dan kejatuhan Dow Jones sebesar -44,89 poin (-0,27 persen) disertai kebijakan fraksi harga yang membuat semakin tidak menarik bagi para trader.
"Kondisi di atas membuat saya memperkirakan IHSG berpeluang kembali turun dalam perdagangan Selasa ini," tegas Edwin.
Menurutnya, perlu diwaspadai emiten berbasis energi, termasuk di dalamnya berbasis coal, karena harga minyak mentah dunia (Oil) diperkirakan bisa turun menuju USD80/barrel jika kesepakatan nuklir Iran bisa selesai total ditengah oil price pekan lalu turun sebesar -6.3 persen.
Artinya, kata dia, harga oil turun terendah sejak Juni 2013, setelah masuknya minyak dari Libya sebanyak 500.000/barrel per hari kepasar minyak dunia.
(izz)