RFCC Cilacap beri nilai tambah USD1 juta/hari
A
A
A
Sindonews.com - PT Pertamina (Persero) memproyeksikan fasilitas residual fluid catalytic cracking (RFCC) yang berlokasi di refenery unit (RU) VI Cilacap, Jawa Tengah dapat memberikan nilai tambah pada produk olahan yang dihasilkan hingga mencapai USD1 juta per hari.
Hal ini lantaran fasilitas tersebut memungkinkan RU VI Cilacap melakukan pengolahan lebih lanjut terhadap bottom product (ampas) dari minyak mentah yang telah diolah sebelumnya oleh Pertamina, sehingga mampu menghasilkan produk bernilai tambah dengan komposisi yang lebih besar.
"Jadi, ini diolah lagi menjadi produk bernilai tinggi seperti premium, elpiji dan lain-lain. Selama ini produk buttom itu lagi ke IFO (intermediate fuel oil) yang nilainya di bawah harga crude. Jadi, kita berusaha mengolah produk yang harga jualnya biasa di atas harga beli crude," kata Project Coordinator RFCC Cilacap Amir Siagian di Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (7/1/2014) malam.
Dengan adanya peningkatan nilai tambah ini, maka akan memperbesar produksi hasil olahan minyak mentah sehingga diharapkan akan mampu mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) dan produk petrokimia.
"Yang tadinya impor, dengan ini bisa dikurangi. Salah satu tujuannya itu. Jadi, impor itu bisa berkurang," ujar dia.
Dalam kesempatan yang sama, Construction Manager RFCC RU VI Cilacap Adang Sutarsa menerangkan, dengan adanya pengolahan lebih lanjut terhadap botom product, maka pihaknya dapat memberikan nilai tambah hingga mencapai USD1 juta per hari.
"Harapannya bisa ada nilai tambah yang lebih tinggi lagi, makanya ini harus ngebut. Rencananya sudah lama, tetapi realisasinya memang baru sekarang," kata dia.
Fasilitas ini sebenarnya bukan kali pertama diterapkan oleh Pertamina. Sebelumnya, perusahaan minyak dan gas pelat merah ini telah menerapkan fasilitas serupa di dua kilang lainnya, yang berlokasi di Balongan, Indramayu dan di Plaju, Palembang.
Hal ini lantaran fasilitas tersebut memungkinkan RU VI Cilacap melakukan pengolahan lebih lanjut terhadap bottom product (ampas) dari minyak mentah yang telah diolah sebelumnya oleh Pertamina, sehingga mampu menghasilkan produk bernilai tambah dengan komposisi yang lebih besar.
"Jadi, ini diolah lagi menjadi produk bernilai tinggi seperti premium, elpiji dan lain-lain. Selama ini produk buttom itu lagi ke IFO (intermediate fuel oil) yang nilainya di bawah harga crude. Jadi, kita berusaha mengolah produk yang harga jualnya biasa di atas harga beli crude," kata Project Coordinator RFCC Cilacap Amir Siagian di Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (7/1/2014) malam.
Dengan adanya peningkatan nilai tambah ini, maka akan memperbesar produksi hasil olahan minyak mentah sehingga diharapkan akan mampu mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) dan produk petrokimia.
"Yang tadinya impor, dengan ini bisa dikurangi. Salah satu tujuannya itu. Jadi, impor itu bisa berkurang," ujar dia.
Dalam kesempatan yang sama, Construction Manager RFCC RU VI Cilacap Adang Sutarsa menerangkan, dengan adanya pengolahan lebih lanjut terhadap botom product, maka pihaknya dapat memberikan nilai tambah hingga mencapai USD1 juta per hari.
"Harapannya bisa ada nilai tambah yang lebih tinggi lagi, makanya ini harus ngebut. Rencananya sudah lama, tetapi realisasinya memang baru sekarang," kata dia.
Fasilitas ini sebenarnya bukan kali pertama diterapkan oleh Pertamina. Sebelumnya, perusahaan minyak dan gas pelat merah ini telah menerapkan fasilitas serupa di dua kilang lainnya, yang berlokasi di Balongan, Indramayu dan di Plaju, Palembang.
(rna)