Intel undang mitra pembiayaan wujudkan PC Rp100 ribuan/bulan
A
A
A
Sindonews.com - Penjualan produk komputer hingga akhir 2013 kemarin diprediksi sekitar 6 juta unit. Meski cukup besar, ternyata penetrasi komputer di Indonesia hanya berjumlah 15 juta unit atau baru sekitar 5 persen dari 250 juta total penduduk.
Jumlah tersebut masih jauh dibandingkan negara-negara tetangga, seperti Singapura yang mencapai 90 persen, Malaysia 73 persen, Thailand 55 persen, dan Vietnam 12 persen.
Masih rendahnya penetrasi PC di Indonesia disinyalir karena sebagian besar masyarakat menilai harga PC masih terlalu mahal. Padahal, sejumlah vendor mengaku telah menjual harga dengan rentang harga beragam, mulai harga Rp3 jutaan hingga belasan bahkan puluhan juta.
Memiliki PC juga semakin susah karena lembaga pembiayaan masih menerapkan suku bunga yang belum terjangkau, di kisaran 35-40 persen per tahun. Selain itu, bagi masyarakat kebanyakan, mendapatkan kredit juga bukan perkara mudah.
Tingginya bunga kredit ini jelas memberatkan kreditor. Apalagi rata-rata bunga kredit bank saat ini hanya 12 persen. Bunga ini juga masih lebih tinggi dari BI rate yang cuma 7,5 persen.
"Dengan spread mencapai puluhan persen seperti itu, Saya melihat lembaga multifinance perlu melihat peluang bisnis, dengan menurunkan bunga pinjaman, profit mereka memang akan sedikit berkurang namun volume permintaan justru akan meningkat, jelas ini bisa mendorong pertumbuhan bisnis pembiayaan lebih menggeliat,” ujar Direktur Marketing Intel Indonesia Corporation, Hermawan Sutanto, Jumat (10/1/2014).
Bentuk pemanfatan peluang, ujar Hermawan, misalnya memberikan kemudahan akses kepada masyarakat melalui skema pembiayaan kredit mikro. Ini penting, mengingat skema kredit seperti ini pembayarannya lancar. Selama ini, non performance loan (NPL) alias kredit macet, hanya di kisaran kurang dari 10 persen.
“Jika dibandingkan dengan penyaluran kredit untuk konglomerasi atau korporasi besar, resiko kredit mikro akan jauh lebih kecil,” ujarnya.
Karena itu, Hermawan berharap lembaga pembiayaan lebih proaktif menyalurkan kredit untuk produk-produk PC, smartphone maupun tablet dengan bunga lebih atraktif.
Untuk mendorong multifinance lebih gencar, Hermawan telah berupaya untuk menawarkan berbagai kerja sama. Pihaknya mengajak perusahaan pembiayaan melakukan pameran di berbagai kota besar di Indonesia, untuk melakukan sosialisasi agar masyarakat bisa membeli komputer melalui perusahaan pembiayaan. Namun upaya ini masih kurang optimal jika belum dibarengi dengan suku bunga kredit special untuk komputer.
“Kami mengundang perusahaan pembiayaan yang berani melihat peluang pertumbuhan bisnis dengan meringankan tenor kredit pembelian komputer. Misalnya dengan memperpanjang tenor pembayaran bisa sampai dengan 36 bulan dengan suku bunga yang lebih terjangkau sehingga masyarakat bisa memiliki komputer dengan 100 ribuan sebulan,” ujarnya.
Hermawan juga berharap, program Intel untuk mempercepat penetrasi PC ini disuarakan juga oleh pemerintah.
Muhammad Firman, Technical Public Relation PT Asusindo Servistama, vendor yang menjual produk-produk teknologi informasi (TI) bermerek Asus di Indonesia, mendukung dengan langkah Intel.
Dia melihat, Intel memang sangat agresif dalam meningkatkan penetrasi PC, notebook, tablet dan smartphone di masyarakat. “Sebagai salah satu mitra di industri ICT, kami sangat mendukung apa yang dilakukan Intel,” ujarnya.
Menurut Firman, sejatinya bunga kredit pembelian ICT juga semakin rendah, bahkan sejumlah lembaga pembiayaan dan bank yang mengeluarkan kartu kredit menawarkan cicilan dengan bunga nol persen. Masalahnya, kredit murah seperti itu belum menjangkau masyarakat kebanyakan karena tidak semua orang memiliki kartu kredit.
“Mungkin kalau ada kerjasama dengan instansi pemerintah atau koperasi, misalnya, tentu fasilitas kredit komputer lebih terjangkau ini bisa lebih dapat dimanfaatkan secara lebih luas oleh masyarakat,” ujarnya.
Jumlah tersebut masih jauh dibandingkan negara-negara tetangga, seperti Singapura yang mencapai 90 persen, Malaysia 73 persen, Thailand 55 persen, dan Vietnam 12 persen.
Masih rendahnya penetrasi PC di Indonesia disinyalir karena sebagian besar masyarakat menilai harga PC masih terlalu mahal. Padahal, sejumlah vendor mengaku telah menjual harga dengan rentang harga beragam, mulai harga Rp3 jutaan hingga belasan bahkan puluhan juta.
Memiliki PC juga semakin susah karena lembaga pembiayaan masih menerapkan suku bunga yang belum terjangkau, di kisaran 35-40 persen per tahun. Selain itu, bagi masyarakat kebanyakan, mendapatkan kredit juga bukan perkara mudah.
Tingginya bunga kredit ini jelas memberatkan kreditor. Apalagi rata-rata bunga kredit bank saat ini hanya 12 persen. Bunga ini juga masih lebih tinggi dari BI rate yang cuma 7,5 persen.
"Dengan spread mencapai puluhan persen seperti itu, Saya melihat lembaga multifinance perlu melihat peluang bisnis, dengan menurunkan bunga pinjaman, profit mereka memang akan sedikit berkurang namun volume permintaan justru akan meningkat, jelas ini bisa mendorong pertumbuhan bisnis pembiayaan lebih menggeliat,” ujar Direktur Marketing Intel Indonesia Corporation, Hermawan Sutanto, Jumat (10/1/2014).
Bentuk pemanfatan peluang, ujar Hermawan, misalnya memberikan kemudahan akses kepada masyarakat melalui skema pembiayaan kredit mikro. Ini penting, mengingat skema kredit seperti ini pembayarannya lancar. Selama ini, non performance loan (NPL) alias kredit macet, hanya di kisaran kurang dari 10 persen.
“Jika dibandingkan dengan penyaluran kredit untuk konglomerasi atau korporasi besar, resiko kredit mikro akan jauh lebih kecil,” ujarnya.
Karena itu, Hermawan berharap lembaga pembiayaan lebih proaktif menyalurkan kredit untuk produk-produk PC, smartphone maupun tablet dengan bunga lebih atraktif.
Untuk mendorong multifinance lebih gencar, Hermawan telah berupaya untuk menawarkan berbagai kerja sama. Pihaknya mengajak perusahaan pembiayaan melakukan pameran di berbagai kota besar di Indonesia, untuk melakukan sosialisasi agar masyarakat bisa membeli komputer melalui perusahaan pembiayaan. Namun upaya ini masih kurang optimal jika belum dibarengi dengan suku bunga kredit special untuk komputer.
“Kami mengundang perusahaan pembiayaan yang berani melihat peluang pertumbuhan bisnis dengan meringankan tenor kredit pembelian komputer. Misalnya dengan memperpanjang tenor pembayaran bisa sampai dengan 36 bulan dengan suku bunga yang lebih terjangkau sehingga masyarakat bisa memiliki komputer dengan 100 ribuan sebulan,” ujarnya.
Hermawan juga berharap, program Intel untuk mempercepat penetrasi PC ini disuarakan juga oleh pemerintah.
Muhammad Firman, Technical Public Relation PT Asusindo Servistama, vendor yang menjual produk-produk teknologi informasi (TI) bermerek Asus di Indonesia, mendukung dengan langkah Intel.
Dia melihat, Intel memang sangat agresif dalam meningkatkan penetrasi PC, notebook, tablet dan smartphone di masyarakat. “Sebagai salah satu mitra di industri ICT, kami sangat mendukung apa yang dilakukan Intel,” ujarnya.
Menurut Firman, sejatinya bunga kredit pembelian ICT juga semakin rendah, bahkan sejumlah lembaga pembiayaan dan bank yang mengeluarkan kartu kredit menawarkan cicilan dengan bunga nol persen. Masalahnya, kredit murah seperti itu belum menjangkau masyarakat kebanyakan karena tidak semua orang memiliki kartu kredit.
“Mungkin kalau ada kerjasama dengan instansi pemerintah atau koperasi, misalnya, tentu fasilitas kredit komputer lebih terjangkau ini bisa lebih dapat dimanfaatkan secara lebih luas oleh masyarakat,” ujarnya.
(gpr)