Harga minyak global berbalik menguat

Jum'at, 10 Januari 2014 - 20:12 WIB
Harga minyak global...
Harga minyak global berbalik menguat
A A A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan dunia kembali bangkit pada Jumat (10/1/2014), dari posisi terendah dalam 8 bulan karena investor melakukan tawar-menawar dan mengantisipasi data ekonomi AS selanjutnya.

Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, bertambah 38 sen menjadi USD92,71 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea naik 64 sen menjadi USD107,79 per barel pada penawaran di London.

Minyak mentah berjangka di New York menukik pada Kamis (9/1/2014) ke level terendah sejak awal Mei 2013, terbebani tingginya minyak mentah dan stok produk AS yang menunjukkan pasokan terus melebihi permintaan.

Di sisi lain, Jumat (10/1/2014) waktu setempat, pasar akan mencerna angka non-farm payroll (data pekerjaan) AS untuk Desember, yang merupakan konsumen minyak mentah terbesar di dunia.

"Harga minyak mentah rebound pada Jumat, karena risk appetite meningkat di tengah ekspektasi data non-farm payrolls AS yang kuat, setelah angka pekerjaan baru-baru ini meningkat," kata Myrto Sokou, analis broker Sucden Financial, London, seperti dilansir dari AFP.

"Kami telah menerima data ekonomi AS yang cukup kuat dalam beberapa sesi perdagangan terakhir, memverifikasi pemulihan dari ekonomi AS, yang berarti akhir program pelonggaran kuantitatif (QE) akan lebih awal," terangnya.

Federal Reserve AS (The Fed) akan mulai memotong program stimulus QE USD85 miliar per bulan sebesar USD10 miliar, sebagai tanda kepercayaan dalam pemulihan ekonomi.

Data pada Jumat akan diawasi ketat untuk melihat, apakah itu akan memberikan bank sentral lebih banyak amunisi untuk lebih mengurangi stimulus.

Sementara itu, cuaca dingin yang melanda seluruh Amerika Utara mendorong permintaan bahan bakar untuk pemanas meningkat, mendongkrak harga minyak lebih tinggi.

Sanjeev Gupta, kepala praktik minyak dan gas Asia-Pasifik di perusahaan konsultan Ernst and Young (E&Y) mengatakan, tingginya persediaan AS terus menekan harga yang lebih rendah.

Data yang dirilis IEA, Rabu (8/1/2014) menunjukkan, bahwa persediaan minyak mentah mingguan AS turun sebesar 2,7 juta barel, melampaui prediksi analis, namun stok bensin meningkat.

Investor juga memantau perkembangan penghasil minyak Sudan Selatan setelah pembicaraan perdamaian pemerintah dengan pemberontak mengalami kebuntuan. Produksi minyak Sudan turun sekitar seperlima karena pertempuran, merampas sumber utama mata uang negara miskin tersebut.

Michael McCarthy, kepala strategi pasar CMC Market, Sydney menyebutkan, meningkatnya konflik mungkin tidak berpengaruh signifikan terhadap harga minyak di pasar global. "Tapi, itu berpotensi mengganggu pasokan," tandasnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7229 seconds (0.1#10.140)