Harga minyak dunia menguat
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan dunia hari ini naik, namun keuntungan dibatasi prospek kembalinya pasokan Iran, menyusul kesepakatan untuk membatasi program nuklir Teheran mulai pekan depan.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, tumbuh 21 sen menjadi USD92,01 per barel. Sementara minyak mentah Brent North untuk Februari, menguat dua sen berdiri di angka USD106,77 per barel pada perdagangan di London.
Minyak mentah berjangka jatuh pada Senin (13/1/2014), di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan menyusul berita bahwa kesepakatan sementara Iran akan berlaku mulai 20 Januari.
Berdasarkan kesepakatan awal yang dicapai pada November 2013, Iran setuju untuk mengekang bagian dari program nuklirnya selama enam bulan dalam pertukaran untuk menerima bantuan sederhana dari sanksi internasional dan janji dari P5+1 (Inggris, China, Perancis, Rusia, Amerika Serikat plus Jerman) untuk tidak menjatuhkan sanksi baru terhadap mereka.
Hal ini memberikan kedua belah pihak waktu dengan solusi yang lebih komprehensif. Di mana Teheran telah mendapatkan sanksi internasional menyakitkan yang ditujukan untuk mengakhiri program nuklir, yang dituduh Barat akan digunakan untuk mengembangkan senjata. Namun, Iran membantah tudingan tersebut.
Menurut data Administrasi Informasi Energi AS (EIA), Iran, yang merupakan anggota OPEC, memompa sekitar 2,8 juta barel minyak mentah pada Desember 2013.
"Investor sadar bahwa harga akan berada di bawah tekanan jika minyak Iran akhirnya kembali ke pasar. Tapi, mereka juga tahu bahwa itu akan memakan waktu cukup lama produksi kembali," kata David Lennox, analis sumber daya Fat Prophets, Sydney, seperti dilansir dari The West Australian, Selasa (14/1/2014).
Dia menyebutkan, para dealer juga menunggu data resmi baru stok AS yang akan dirilis pada Rabu (16/1/2014) waktu setempat, sebagai petunjuk permintaan di konsumen minyak terbesar dunia tersebut, yang saat ini dilanda cuaca dingin. "Cuaca ekstrem di Amerika Serikat tidak hanya mempengaruhi permintaan, tapi juga menyebabkan beberapa gangguan pasokan," tandas Lennox.
Departemen Energi AS (DoE) akan menerbitkan tingkat persediaan minyak mentah komersial untuk pekan yang berakhir 10 Januari. Secara terpisah, pedagang juga akan mencerna data stok mingguan dari badan industri AS, American Petroleum Institute.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, tumbuh 21 sen menjadi USD92,01 per barel. Sementara minyak mentah Brent North untuk Februari, menguat dua sen berdiri di angka USD106,77 per barel pada perdagangan di London.
Minyak mentah berjangka jatuh pada Senin (13/1/2014), di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan menyusul berita bahwa kesepakatan sementara Iran akan berlaku mulai 20 Januari.
Berdasarkan kesepakatan awal yang dicapai pada November 2013, Iran setuju untuk mengekang bagian dari program nuklirnya selama enam bulan dalam pertukaran untuk menerima bantuan sederhana dari sanksi internasional dan janji dari P5+1 (Inggris, China, Perancis, Rusia, Amerika Serikat plus Jerman) untuk tidak menjatuhkan sanksi baru terhadap mereka.
Hal ini memberikan kedua belah pihak waktu dengan solusi yang lebih komprehensif. Di mana Teheran telah mendapatkan sanksi internasional menyakitkan yang ditujukan untuk mengakhiri program nuklir, yang dituduh Barat akan digunakan untuk mengembangkan senjata. Namun, Iran membantah tudingan tersebut.
Menurut data Administrasi Informasi Energi AS (EIA), Iran, yang merupakan anggota OPEC, memompa sekitar 2,8 juta barel minyak mentah pada Desember 2013.
"Investor sadar bahwa harga akan berada di bawah tekanan jika minyak Iran akhirnya kembali ke pasar. Tapi, mereka juga tahu bahwa itu akan memakan waktu cukup lama produksi kembali," kata David Lennox, analis sumber daya Fat Prophets, Sydney, seperti dilansir dari The West Australian, Selasa (14/1/2014).
Dia menyebutkan, para dealer juga menunggu data resmi baru stok AS yang akan dirilis pada Rabu (16/1/2014) waktu setempat, sebagai petunjuk permintaan di konsumen minyak terbesar dunia tersebut, yang saat ini dilanda cuaca dingin. "Cuaca ekstrem di Amerika Serikat tidak hanya mempengaruhi permintaan, tapi juga menyebabkan beberapa gangguan pasokan," tandas Lennox.
Departemen Energi AS (DoE) akan menerbitkan tingkat persediaan minyak mentah komersial untuk pekan yang berakhir 10 Januari. Secara terpisah, pedagang juga akan mencerna data stok mingguan dari badan industri AS, American Petroleum Institute.
(dmd)