Harga elpiji 3 kg di Boyolali capai Rp20 ribu
A
A
A
Sindonews.com - Warga di wilayah Kecamatan Karanggede Boyolali, kembali kesulitan mendapatkan gas elpiji ukuran tiga kilogram. Kelangkaan gas tersebut dirasakan oleh wraga sejak beberapa hari terakhir ini.
Keterangan yang dihimpun SINDO menyebutkan, akibat kelangkaan tersebut membuat warga di sekitar kesulitan untuk memasak makanan sehari-hari. Tidak hanya itu, warga juga banyak yang beralih menggunakan kayu bakar dibandingkan memburu gas ke daerah lain.
Salah seorang warga, Sumadi mengatakan, akibat langkanya gas elpiji ukuran tiga kilogram tersebut membuat harga eceran elpiji melambung tinggi. Menurutnya, saat ini harga elpiji tersebut mencapai Rp20.000 untuk setiap tabung ukuran tiga kilogram. Bahkan ada
beberapa pengecer yang menjual dengan harga lebih tinggi.
“Harganya tinggi dan langka, padahal kita buru-buru butuh untuk memasak, akan tetapi di tempat pengecer stoknya tidak ada,” ucapnya kepada SINDO, Rabu (15/1/2014).
Ia mengatakan, akibat kelangkaan tersebut, banyak pengecer yang menerapkan sistem antrean tabung. Menurutnya setiap pelanggan harus mengantrekan tabung elpiji ukuran tiga kilogram dan uang sebesar Rp20.000.
Dengan seperti itu, nantinya para konsumen yang menyetor uang akan mendapatkan prioritas terlebih dahulu untuk mendapatkan gas ukuran tiga kilogram tersebut.
Warga lainnya, Wakiyem, menyebutkan akibat tingginya harga gas di tingkat pengecer tersebut, membuat ia mengurungkan untuk membeli gas pada saat ini.
Menurutnya harga tersebut dinilai tidak wajar, karena kenaikannya terlalu tinggi dan menyusahkan masyarakat kecil. Ia juga berharap permasalahan gas ini segera teratasi karena itu merupakan kebutuhan vital. “Biasanya saja hanya Rp15.000 saat ini kok naiknya Rp5.000, ini sangat mahal,” ucapnya.
Sementara itu, salah seorang pengecer di Kecamatan Karanggede, Siti Muntamah mengungkapkan tingginya harga tersebut disebabkan karena sulitnya gas ukuran tiga kilogram.
Ia menyebutkan biasanya dalam sehari ia mendapatkan pasokan gas ukuran tiga kilogram mencapai puluhan tabung, akan tetapi untuk saat ini ia hanya mendapatkan pasokan yang bisa dihitung jari.
“Mahalnya itu disebabkan kita harus mencari gas ukuran tiga kilogram ke tempat lain dan itu memerlukan ongkos yang tidak sedikit,” pungkasnya.
Keterangan yang dihimpun SINDO menyebutkan, akibat kelangkaan tersebut membuat warga di sekitar kesulitan untuk memasak makanan sehari-hari. Tidak hanya itu, warga juga banyak yang beralih menggunakan kayu bakar dibandingkan memburu gas ke daerah lain.
Salah seorang warga, Sumadi mengatakan, akibat langkanya gas elpiji ukuran tiga kilogram tersebut membuat harga eceran elpiji melambung tinggi. Menurutnya, saat ini harga elpiji tersebut mencapai Rp20.000 untuk setiap tabung ukuran tiga kilogram. Bahkan ada
beberapa pengecer yang menjual dengan harga lebih tinggi.
“Harganya tinggi dan langka, padahal kita buru-buru butuh untuk memasak, akan tetapi di tempat pengecer stoknya tidak ada,” ucapnya kepada SINDO, Rabu (15/1/2014).
Ia mengatakan, akibat kelangkaan tersebut, banyak pengecer yang menerapkan sistem antrean tabung. Menurutnya setiap pelanggan harus mengantrekan tabung elpiji ukuran tiga kilogram dan uang sebesar Rp20.000.
Dengan seperti itu, nantinya para konsumen yang menyetor uang akan mendapatkan prioritas terlebih dahulu untuk mendapatkan gas ukuran tiga kilogram tersebut.
Warga lainnya, Wakiyem, menyebutkan akibat tingginya harga gas di tingkat pengecer tersebut, membuat ia mengurungkan untuk membeli gas pada saat ini.
Menurutnya harga tersebut dinilai tidak wajar, karena kenaikannya terlalu tinggi dan menyusahkan masyarakat kecil. Ia juga berharap permasalahan gas ini segera teratasi karena itu merupakan kebutuhan vital. “Biasanya saja hanya Rp15.000 saat ini kok naiknya Rp5.000, ini sangat mahal,” ucapnya.
Sementara itu, salah seorang pengecer di Kecamatan Karanggede, Siti Muntamah mengungkapkan tingginya harga tersebut disebabkan karena sulitnya gas ukuran tiga kilogram.
Ia menyebutkan biasanya dalam sehari ia mendapatkan pasokan gas ukuran tiga kilogram mencapai puluhan tabung, akan tetapi untuk saat ini ia hanya mendapatkan pasokan yang bisa dihitung jari.
“Mahalnya itu disebabkan kita harus mencari gas ukuran tiga kilogram ke tempat lain dan itu memerlukan ongkos yang tidak sedikit,” pungkasnya.
(gpr)