Harga minyak global tertekan data ekonomi China
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan dunia hari ini jatuh, karena data pertumbuhan ekonomi China lemah, memicu kekhawatiran permintaan energi di ekonomi terbesar kedua dunia itu lesu.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, turun 67 sen menjadi USD93,70 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Maret merosot 20 sen menjadi USD106,28 per barel dalam transaksi di London.
Pertumbuhan perekonomian China pada 2013 tercatat mendatar sebesar 7,7 persen sama seperti tahun sebelumnya, mempertahankan ekspansi paling lambat sejak 1999. Hal ini sejalan dengan perkiraan median 14 ekonom yang disurvei AFP.
Kenny Kan, analis pasar CMC Markets berpendapat data ekonomi China melukiskan sebuah gambar dimmer untuk sektor energi. China adalah salah satu konsumen energi terbesar di dunia dan kesehatan ekonomi mereka diawasi ketat pasar minyak.
Kan juga menyebutkan harga minyak berada di bawah tekanan atas kekhawatiran kelebihan pasokan di Amerika Serikat (AS). "Perdagangan hari ini diperkirakan akan tetap tipis karena pasar AS ditutup libur publik," kata Kan.
Di sisi lain, Ali Al Naimi, menteri perminyakan Arab Saudi mengatakan, OPEC tidak peduli dengan ledakan produksi minyak shale AS.
"Kerajaan ini menyambut sumber energi baru membantu memenuhi perkembangan permintaan energi dunia dan membantu menstabilkan pasar minyak," ujar Naimi dikutip kantor berita negara SPA, Senin (20/1/2014).
Pada Oktober 2013, produksi minyak di AS melampaui impor untuk pertama kalinya dalam hampir dua dekade, cibantu cadangan shale yang baru diproduksi.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, turun 67 sen menjadi USD93,70 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Maret merosot 20 sen menjadi USD106,28 per barel dalam transaksi di London.
Pertumbuhan perekonomian China pada 2013 tercatat mendatar sebesar 7,7 persen sama seperti tahun sebelumnya, mempertahankan ekspansi paling lambat sejak 1999. Hal ini sejalan dengan perkiraan median 14 ekonom yang disurvei AFP.
Kenny Kan, analis pasar CMC Markets berpendapat data ekonomi China melukiskan sebuah gambar dimmer untuk sektor energi. China adalah salah satu konsumen energi terbesar di dunia dan kesehatan ekonomi mereka diawasi ketat pasar minyak.
Kan juga menyebutkan harga minyak berada di bawah tekanan atas kekhawatiran kelebihan pasokan di Amerika Serikat (AS). "Perdagangan hari ini diperkirakan akan tetap tipis karena pasar AS ditutup libur publik," kata Kan.
Di sisi lain, Ali Al Naimi, menteri perminyakan Arab Saudi mengatakan, OPEC tidak peduli dengan ledakan produksi minyak shale AS.
"Kerajaan ini menyambut sumber energi baru membantu memenuhi perkembangan permintaan energi dunia dan membantu menstabilkan pasar minyak," ujar Naimi dikutip kantor berita negara SPA, Senin (20/1/2014).
Pada Oktober 2013, produksi minyak di AS melampaui impor untuk pertama kalinya dalam hampir dua dekade, cibantu cadangan shale yang baru diproduksi.
(dmd)