Remitansi TKI Sulsel capai Rp6,8 miliar
A
A
A
Sindonews.com - Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sulawesi Selatan (Sulsel) terus memberikan sumbangan devisa yang meningkat. Pada 2013, remitansi atau uang kiriman TKI asal Sulsel yang bekerja di sejumlah negara mencapai Rp6,8 miliar. Angka tersebut meningkat Rp1,3 miliar jika dibanding penerimaan 2012 lalu yang mencapai Rp5,5 miliar.
Kepala Badan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP2TKI) Sulsel, Agus Bustami mengatakan, tingginya remitansi ini diharapkan mampu memberi sumbangsih bagi pertumbuhan dunia usaha di wilayah ini. Karena itu, pihaknya melakukan edukasi keuangan dan kewirausahaan agar uang masuk ini dapat difungsikan secara maksimal.
"Targetnya begitu kembali ke Tanah Air, TKI tersebut dapat memanfaatkan penghasilannya untuk membangun usaha sendiri sehingga tak perlu lagi kembali bekerja di luar negeri," ungkapnya, Rabu (5/2/2014).
Dia memaparkan, pada 2014 ini, pihaknya menargetkan pengiriman TKI sebanyak 6.500 orang dengan menitikberatkan pada sektor formal. Selain menyasar negara-negara lama seperti Malaysia dan Singapura, BP2TKI juga telah mendapat market baru seperti Afrika Selatan, Aljazair, Bahrain, dan Turki untuk industri perminyakan dan sektor ritel.
"Permintaan banyak tapi kandidat yang kurang. Kalaupun ada masyarakat yang berminat tapi tidak memenuhi kapasitas kami tidak akan mengirim. Kami tidak pernah mengirim TKI yang bekerja sebagai penatalaksana rumah tangga," jelasnya.
Tidak hanya itu, lanjut Agus, sejak 2010, dilakukan pengetatan dimana tenaga kerja yang akan dikirim diwajibkan mengantongi kartu tenaga kerja luar negeri (KTLN). KTLN adalah kartu identitas bagi TKI dan sekaligus bukti bahwa TKI yang bersangkutan telah memenuhi prosedur untuk bekerja ke luar negeri.
Kepala Badan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP2TKI) Sulsel, Agus Bustami mengatakan, tingginya remitansi ini diharapkan mampu memberi sumbangsih bagi pertumbuhan dunia usaha di wilayah ini. Karena itu, pihaknya melakukan edukasi keuangan dan kewirausahaan agar uang masuk ini dapat difungsikan secara maksimal.
"Targetnya begitu kembali ke Tanah Air, TKI tersebut dapat memanfaatkan penghasilannya untuk membangun usaha sendiri sehingga tak perlu lagi kembali bekerja di luar negeri," ungkapnya, Rabu (5/2/2014).
Dia memaparkan, pada 2014 ini, pihaknya menargetkan pengiriman TKI sebanyak 6.500 orang dengan menitikberatkan pada sektor formal. Selain menyasar negara-negara lama seperti Malaysia dan Singapura, BP2TKI juga telah mendapat market baru seperti Afrika Selatan, Aljazair, Bahrain, dan Turki untuk industri perminyakan dan sektor ritel.
"Permintaan banyak tapi kandidat yang kurang. Kalaupun ada masyarakat yang berminat tapi tidak memenuhi kapasitas kami tidak akan mengirim. Kami tidak pernah mengirim TKI yang bekerja sebagai penatalaksana rumah tangga," jelasnya.
Tidak hanya itu, lanjut Agus, sejak 2010, dilakukan pengetatan dimana tenaga kerja yang akan dikirim diwajibkan mengantongi kartu tenaga kerja luar negeri (KTLN). KTLN adalah kartu identitas bagi TKI dan sekaligus bukti bahwa TKI yang bersangkutan telah memenuhi prosedur untuk bekerja ke luar negeri.
(gpr)