Tekan inflasi, BI berdayakan sektor riil dan UMKM
A
A
A
Sindonews.com - Bank Indonesia (BI) terus berupaya memberdayakan sektor riil dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di seluruh Indonesia. Pemberdayaan tersebut diyakini bisa menekan inflasi dan defisit neraca berjalan.
"Kami ingin menggugah semua unsur baik pemerintah dan swasta untuk bisa menekan laju inflasi. Salah satunya dengan cara memberdayakan sentra-sentra produksi pangan, mendiversifikasi energi dan mengembangkan UMKM," ujar Deputi Gubernur Senior (DGS) BI Mirza Asityaswara usai acara penyerahan bantuan program sosial Bank Indonesia (PSBI) di Kulonprogo, Kamis (6/2/2014).
Mirza mengatakan, jika produksi pangan dalam negeri, seperti beras, cabai dan daging melimpah maka kenaikan harga pangan tidak akan drastis. Namun, jika produksi menurun sementara permintaan meningkat akan menimbulkan gejolak harga yang tidak wajar.
"Ini tentu menimbulkan inflasi, misalnya harga cabai bisa naik sampai empat kali lipat kalau produksi di pasaran menurun," jelas dia.
BI, dia menambahkan, sebagai bank sentral yang bertugas menjaga laju inflasi akan melakukan berbagai cara untuk menekan inflasi.
"Kalau permasalahannya diproduksi, maka menaikkan suku bunga acuan tidak akan berpengaruh pada kenaikan inflasi," tegas dia.
Menurut Mirza, BI pada tahun ini menganggarkan dana sebesar Rp80 miliar untuk program sosial BI. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp60 miliar.
"Program ketahanan pangan, diversifikasi energi dan pengembangan UMKM ini kami lakukan melalui 41 kantor perwakilan BI di seluruh Indonesia," pungkas dia.
"Kami ingin menggugah semua unsur baik pemerintah dan swasta untuk bisa menekan laju inflasi. Salah satunya dengan cara memberdayakan sentra-sentra produksi pangan, mendiversifikasi energi dan mengembangkan UMKM," ujar Deputi Gubernur Senior (DGS) BI Mirza Asityaswara usai acara penyerahan bantuan program sosial Bank Indonesia (PSBI) di Kulonprogo, Kamis (6/2/2014).
Mirza mengatakan, jika produksi pangan dalam negeri, seperti beras, cabai dan daging melimpah maka kenaikan harga pangan tidak akan drastis. Namun, jika produksi menurun sementara permintaan meningkat akan menimbulkan gejolak harga yang tidak wajar.
"Ini tentu menimbulkan inflasi, misalnya harga cabai bisa naik sampai empat kali lipat kalau produksi di pasaran menurun," jelas dia.
BI, dia menambahkan, sebagai bank sentral yang bertugas menjaga laju inflasi akan melakukan berbagai cara untuk menekan inflasi.
"Kalau permasalahannya diproduksi, maka menaikkan suku bunga acuan tidak akan berpengaruh pada kenaikan inflasi," tegas dia.
Menurut Mirza, BI pada tahun ini menganggarkan dana sebesar Rp80 miliar untuk program sosial BI. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp60 miliar.
"Program ketahanan pangan, diversifikasi energi dan pengembangan UMKM ini kami lakukan melalui 41 kantor perwakilan BI di seluruh Indonesia," pungkas dia.
(rna)