Harga minyak di Asia bertahan di atas USD100
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini bertahan di atas USD100, merespon lonjakan pinjaman bank di China, salah satu konsumen energi terbesar dunia.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret naik 30 sen menjadi USD100,60 per barel pada perdagangan sore. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk April turun 12 sen menjadi USD108,96 per barel.
"Berita kredit China menunjukkan bahwa angka pinjaman meningkat dan masih ada pertumbuhan di sana. Mungkin tidak cepat tetapi masih bergerak panjang," ujar Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Senin (17/2/2014).
People's Bank of China (PBoC) melaporkan pinjaman bank-bank di China mencapai angka sekitar 1,3 triliun yuan (USD214 miliar) pada Januari, naik menjadi 246,9 miliar yuan dari bulan yang sama tahun lalu. Sementara pada Desember, bank hanya memberikan pinjaman baru 482,5 miliar yuan.
Phillip Futures menyebutkan bahwa cuaca sangat dingin di Amerika Serikat (AS) juga membantu mendorong harga minyak lebih tinggi karena permintaan kuat untuk bahan bakar pemanas.
"Ini manfaat dari minyak mentah sebagai bahan baku bahan bakar pemanas," ucapnya, dalam sebuah komentar pasar, yang juga mencatat Brent datang di bawah tekanan dari peningkatan produksi di Libya.
Investor juga akan berfokus pada data awal indeks manajer pembelian (PMI) China dari raksasa perbankan HSBC untuk Februari 2014, yang akan dirilis pada Kamis (20/2/2014). Data ini sebagai salah satu petunjuk dari kesehatan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Seperti diketahui, PMI China Januari, menunjukkan sektor kunci manufaktur mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam enam bulan.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret naik 30 sen menjadi USD100,60 per barel pada perdagangan sore. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk April turun 12 sen menjadi USD108,96 per barel.
"Berita kredit China menunjukkan bahwa angka pinjaman meningkat dan masih ada pertumbuhan di sana. Mungkin tidak cepat tetapi masih bergerak panjang," ujar Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Senin (17/2/2014).
People's Bank of China (PBoC) melaporkan pinjaman bank-bank di China mencapai angka sekitar 1,3 triliun yuan (USD214 miliar) pada Januari, naik menjadi 246,9 miliar yuan dari bulan yang sama tahun lalu. Sementara pada Desember, bank hanya memberikan pinjaman baru 482,5 miliar yuan.
Phillip Futures menyebutkan bahwa cuaca sangat dingin di Amerika Serikat (AS) juga membantu mendorong harga minyak lebih tinggi karena permintaan kuat untuk bahan bakar pemanas.
"Ini manfaat dari minyak mentah sebagai bahan baku bahan bakar pemanas," ucapnya, dalam sebuah komentar pasar, yang juga mencatat Brent datang di bawah tekanan dari peningkatan produksi di Libya.
Investor juga akan berfokus pada data awal indeks manajer pembelian (PMI) China dari raksasa perbankan HSBC untuk Februari 2014, yang akan dirilis pada Kamis (20/2/2014). Data ini sebagai salah satu petunjuk dari kesehatan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Seperti diketahui, PMI China Januari, menunjukkan sektor kunci manufaktur mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam enam bulan.
(dmd)