Peternak puyuh merugi di musim hujan
A
A
A
Sindonews.com - Peternak burung puyuh di Kabupaten Garut mengalami kerugian di musim hujan. Anwar (35), seorang peternak burung puyuh asal Kampung Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul, mengaku pada musim hujan kali ini dia mengalami kerugian hingga ratusan ribu rupiah setiap pekan.
Penyebabnya, di setiap musim hujan burung puyuh yang ia ternak diserang oleh bakteri snot. Penyakit tersebut setidaknya membuat produksi telur puyuhnya berkurang.
“Bakteri ini umumnya juga menyerang unggas lain seperti ayam ras, ayam kampung, dan juga itik. Kalau menyerang puyuh ya begini akibatnya, produksi telur berkurang dan saya rugi setiap minggunya,” kata Anwar, Sabtu (22/2/2014).
Menurut Anwar, serangan bakteri snot tidak selalu mengakibatkan kematian, melainkan pengurangan produksi telur. Penyakit yang diakibatkan oleh bakteri tersebut dapat disembuhkan dengan perawatan puyuh yang intensif.
“Penyakitnya selalu muncul di setiap musim hujan. Maka tidak aneh, bila di musim hujan penyakitnya menyebar dan menyerang burung puyuh,” ujarnya.
Tanda-tanda burung puyuh terkena penyakit ini adalah mengeluarkan cairan air mata. Selain itu, burung yang terinfeksi pun terlihat selalu mengantuk.
“Burung puyuh juga menjadi lesu dan kurang nafsu makan. Jika sudah terkena penyakit snot, saya selalu memberikan puyuh obat, vitamin, dan rutin menjaga kebersihan kandang,” sebutnya.
Di luar musim hujan, sekira 2.000 ekor burung puyuh yang dia ternakan dapat menghasilkan 20 kilogram telur setiap tiga hari sekali. Dengan demikian, dalam sepekan keuntungan yang dapat Anwar kantongi mencapai Rp1 juta.
“Sedangkan di musim hujan ini, setiap tiga harinya telur yang dihasilkan hanya 15 kilogram atau turun sekira 20 persen. Saya jelas mengalami kerugian. Kira-kira kerugiannya mencapai ratusan ribu,” katanya.
Sementara itu, Kasi Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan (Disnakanla) Kabupaten Garut Dyah Savitri mengatakan, penyakit yang menyerang unggas memang kerap datang dan menyebar di musim hujan. Savitri mengimbau agar masyarakat yang menernakan unggas untuk menjaga kebersihan dan sanitasi kandang hewannya.
“Unggas memang menjadi rentan jika cuaca dingin. Cuaca ini juga membuat penyakit mudah menyebar jika keadaan kandang kotor. Untuk meminimalisir serangan penyakit, para pemilik ternak unggas mesti menjaga kebersihan kandangnya,” tandasnya.
Penyebabnya, di setiap musim hujan burung puyuh yang ia ternak diserang oleh bakteri snot. Penyakit tersebut setidaknya membuat produksi telur puyuhnya berkurang.
“Bakteri ini umumnya juga menyerang unggas lain seperti ayam ras, ayam kampung, dan juga itik. Kalau menyerang puyuh ya begini akibatnya, produksi telur berkurang dan saya rugi setiap minggunya,” kata Anwar, Sabtu (22/2/2014).
Menurut Anwar, serangan bakteri snot tidak selalu mengakibatkan kematian, melainkan pengurangan produksi telur. Penyakit yang diakibatkan oleh bakteri tersebut dapat disembuhkan dengan perawatan puyuh yang intensif.
“Penyakitnya selalu muncul di setiap musim hujan. Maka tidak aneh, bila di musim hujan penyakitnya menyebar dan menyerang burung puyuh,” ujarnya.
Tanda-tanda burung puyuh terkena penyakit ini adalah mengeluarkan cairan air mata. Selain itu, burung yang terinfeksi pun terlihat selalu mengantuk.
“Burung puyuh juga menjadi lesu dan kurang nafsu makan. Jika sudah terkena penyakit snot, saya selalu memberikan puyuh obat, vitamin, dan rutin menjaga kebersihan kandang,” sebutnya.
Di luar musim hujan, sekira 2.000 ekor burung puyuh yang dia ternakan dapat menghasilkan 20 kilogram telur setiap tiga hari sekali. Dengan demikian, dalam sepekan keuntungan yang dapat Anwar kantongi mencapai Rp1 juta.
“Sedangkan di musim hujan ini, setiap tiga harinya telur yang dihasilkan hanya 15 kilogram atau turun sekira 20 persen. Saya jelas mengalami kerugian. Kira-kira kerugiannya mencapai ratusan ribu,” katanya.
Sementara itu, Kasi Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan (Disnakanla) Kabupaten Garut Dyah Savitri mengatakan, penyakit yang menyerang unggas memang kerap datang dan menyebar di musim hujan. Savitri mengimbau agar masyarakat yang menernakan unggas untuk menjaga kebersihan dan sanitasi kandang hewannya.
“Unggas memang menjadi rentan jika cuaca dingin. Cuaca ini juga membuat penyakit mudah menyebar jika keadaan kandang kotor. Untuk meminimalisir serangan penyakit, para pemilik ternak unggas mesti menjaga kebersihan kandangnya,” tandasnya.
(gpr)