Hatta belum bahas sanksi pengguna LCGC minum premium
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Hatta Rajasa mengatakan, kementeriannya belum membahas terkait sanksi yang akan dikenakan bagi pengguna mobil murah ramah lingkungan (low cost green car/LCGC) yang mengonsumsi BBM bersubsidi.
"Kami belum menerima pembahasan apapun mengenai sanksi penyalahgunaan BBM bersubsidi," katanya di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Rabu (2/4/2014).
Menurutnya, Kementerian Perekonomian sifatnya hanya koordinator, bukan eksekutor. Hatta mengatakan, kendaraan LCGC tidak boleh menggunakan BBM bersubsidi. LCGC sudah diberikan berbagai macam intensif dan kemudahan.
Karena itu, lanjut dia, sudah sewajarnya kendaraan LCGC tidak menyerbu BBM bersubsidi. Karena mesin mobilnya di desain untuk okta number yang tinggi. Karena semakin rendah okta number BBM, maka tingkat polusi yang dihasilkan juga semakin besar dan tidak mengacu pada blue energy. Dan itu dimiliki oleh BBM jenis premium.
"Jadi sebetulnya, jika kita menggunakan BBM dengan okta number rendah, di samping tidak efisien, juga tingkat polusinya masih tinggi. Karena berbicara masalah premium, bukan hanya berbicara subsidi, tapi juga masalah environtment," tuturnya.
Sekedar informasi, anggaran yang digelontorkan untuk memberikan subsidi BBM saat ini telah mencapai Rp210 triliun, dan diperkirakan akan membengkak
hingga mencapai Rp270 triliun tahun ini.
"Kami belum menerima pembahasan apapun mengenai sanksi penyalahgunaan BBM bersubsidi," katanya di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Rabu (2/4/2014).
Menurutnya, Kementerian Perekonomian sifatnya hanya koordinator, bukan eksekutor. Hatta mengatakan, kendaraan LCGC tidak boleh menggunakan BBM bersubsidi. LCGC sudah diberikan berbagai macam intensif dan kemudahan.
Karena itu, lanjut dia, sudah sewajarnya kendaraan LCGC tidak menyerbu BBM bersubsidi. Karena mesin mobilnya di desain untuk okta number yang tinggi. Karena semakin rendah okta number BBM, maka tingkat polusi yang dihasilkan juga semakin besar dan tidak mengacu pada blue energy. Dan itu dimiliki oleh BBM jenis premium.
"Jadi sebetulnya, jika kita menggunakan BBM dengan okta number rendah, di samping tidak efisien, juga tingkat polusinya masih tinggi. Karena berbicara masalah premium, bukan hanya berbicara subsidi, tapi juga masalah environtment," tuturnya.
Sekedar informasi, anggaran yang digelontorkan untuk memberikan subsidi BBM saat ini telah mencapai Rp210 triliun, dan diperkirakan akan membengkak
hingga mencapai Rp270 triliun tahun ini.
(izz)