BI: SDM kunci pertumbuhan ekonomi RI
A
A
A
Sindonenews.com - Pertumbuhan ekonomi Indonesia ditandai dengan meningkatnya permintaan masyarakat kelas menengah. Hal ini ditandai meningkatnya permintaan barang-barang lebih mutakhir dari sebelumnya.
"Dulu permintaan pangan lebih banyak, sekarang justru permintaan barang-barang seperti mobil, elektronik dan jasa komunikasi mendominasi," kata Direktur Eksekutif bidang Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung di Gedung Bank Indonesia (3/4/2014).
Menurutnya, kebutuhan masyarakat semakin meningkat, namun produk yang dihasilkan Indonesia masih bersifat tradisional.
Dia menjelaskan, ada ketimpangan struktural dari ekonomi Indonesia, yakni produknya yang diinginkan dengan yang diproduksi berbeda. Pasalnya, hal ini menjadi masalah yang sering terjadi, sehingga Indonesia harus impor.
Juda mengatakan, jika keadaannya terus seperti ini maka ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh sekitar 5-6 persen dan bisa menimbulkan peningkatan inflasi, current account dan defisit yang melebar. Sehingga ekonomi tidak stabil dan bank sentral harus melakukan stabilisasi dengan menaikkan suku bunga.
Solusinya, lanjut dia, pemerintah dan masyarakat harus lebih kompetitif dan harus memiliki daya saing tinggi dari segi teknologi. Hal tersebut bisa dicapai dengan sumber daya manusia (SDM) berkualitas.
Selain itu, SDM berkualitas juga harus mampu berinovasi. Namun, inovasi tergantung pada kualitas tingkat pendidikan. Semakin tinggi kualitas pendidikan maka tingkat inovasinya juga semakin tinggi.
Di samping itu, income per kapita juga turut andil besar dalam ekonomi Indonesia. "Income per kapita sangat bergantung pada tingkat pendidikan, terutama disektor teknik, manufaktur dan kesehatan," ujarnya.
Tingkat pendidikan diyakini bisa menaikkan income per kapita masyarakat Indonesia dan akan menciptakan SDM yang inovatif dan mampu menciptakan konsumsi masyarakat yang positif.
Sehingga, masyarakat Indonesia tidak perlu lagi impor barang-barang dari luar negeri, meskipun sifat masyarakatnya masih terkesan konsumtif.
"Dulu permintaan pangan lebih banyak, sekarang justru permintaan barang-barang seperti mobil, elektronik dan jasa komunikasi mendominasi," kata Direktur Eksekutif bidang Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung di Gedung Bank Indonesia (3/4/2014).
Menurutnya, kebutuhan masyarakat semakin meningkat, namun produk yang dihasilkan Indonesia masih bersifat tradisional.
Dia menjelaskan, ada ketimpangan struktural dari ekonomi Indonesia, yakni produknya yang diinginkan dengan yang diproduksi berbeda. Pasalnya, hal ini menjadi masalah yang sering terjadi, sehingga Indonesia harus impor.
Juda mengatakan, jika keadaannya terus seperti ini maka ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh sekitar 5-6 persen dan bisa menimbulkan peningkatan inflasi, current account dan defisit yang melebar. Sehingga ekonomi tidak stabil dan bank sentral harus melakukan stabilisasi dengan menaikkan suku bunga.
Solusinya, lanjut dia, pemerintah dan masyarakat harus lebih kompetitif dan harus memiliki daya saing tinggi dari segi teknologi. Hal tersebut bisa dicapai dengan sumber daya manusia (SDM) berkualitas.
Selain itu, SDM berkualitas juga harus mampu berinovasi. Namun, inovasi tergantung pada kualitas tingkat pendidikan. Semakin tinggi kualitas pendidikan maka tingkat inovasinya juga semakin tinggi.
Di samping itu, income per kapita juga turut andil besar dalam ekonomi Indonesia. "Income per kapita sangat bergantung pada tingkat pendidikan, terutama disektor teknik, manufaktur dan kesehatan," ujarnya.
Tingkat pendidikan diyakini bisa menaikkan income per kapita masyarakat Indonesia dan akan menciptakan SDM yang inovatif dan mampu menciptakan konsumsi masyarakat yang positif.
Sehingga, masyarakat Indonesia tidak perlu lagi impor barang-barang dari luar negeri, meskipun sifat masyarakatnya masih terkesan konsumtif.
(izz)