Pileg dan BI Rate diprediksi dorong IHSG
A
A
A
Sindonews.com - Jelang pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) yang akan berlangsung esok hari, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi kembali menguat didorong pula sentimen BI Rate yang diekspektasikan bakal tetap bertahan di posisinya saat ini.
"Dalam perkiraan kami, ekspektasi akan tetapnya BI Rate, maraknya pemberitaan dividen dan terutama akan amannya penyelenggaraan pemilu legislatif dalam waktu dekat ini mampu berikan angin segar dan IHSG pun mampu berbalik menghijau," Kata Kepala Riset Trust Securitiesn Reza Priyambada, Selasa (8/4/2014).
Reza memperkirakan, IHSG akan berada pada rentang support 4.848-4.885 dan resisten 4.935-4.948.
Pola yang terbentuk mat hold di bawah upper bollinger band (UBB). MACD mencoba kembali bergerak naik dengan histogram negatif yang memendek. RSI, stochastic dan William’s %R mencoba bertahan naik.
Mengacu pola tersebut, terlihat laju IHSG mampu bertahan di atas kisaran support 4.828-4.846 dan bahkan sempat melewati target kisaran resisten 4.868-4.900, sehingga dapat membuka peluang kenaikan lanjutan di tengah ekspektasi positif terhadap rilis BI Rate dan pemilu.
"Akan tetapi, tetap harus mewaspadai kemungkinan pembalikan arah karena penguatan ini terjadi di tengah sentimen negatif dari regional," papar dia.
Menilik laju IHSG pada perdagangan hari Senin, tampak sejumlah sentimen negatif telah mewarnai laju IHSG. Sentimen tersebut, diantaranya laju bursa saham global yang juga berimbas negatif ke Asia dan dibarengi dengan penilaian masih lemahnya pertumbuhan Asia.
Lalu ditambah juga dengan berita negatif dari dalam negeri berupa rencana pemerintah yang ingin menaikkan royalti batu bara untuk Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebesar 10 persen 13,5 persen.
Berita negatif juga datang dari rencana Menteri Keuangan Chatib Basri untuk memastikan terbitnya peraturan kenaikan PPnBM mobil mewah yang juga dibarengi dengan PPnBM gadget telekomunikasi hingga melambatnya pertumbuhan M2 (uang beredar dalam arti luas) pada Februari 2014.
"Di tengah sentimen negatif yang melanda, laju IHSG justru mampu berbalik menguat mengalahkan perkiraan kami sebelumnya dan mampu melewati sentimen-sentimen negatif tersebut," kata Reza.
Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG menyentuh level tertinggi 4.930,88 di awal sesi 2 dan menyentuh level terendah 4.852,98 di awal sesi 1 dan berakhir di level 4.921,04.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett buy dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.
Dari luar negeri, rilis Bank Dunia yang menilai, negara-negara dengan perekonomian berkembang di Asia Timur dan beberapa Asia lainnya akan mengalami perlambatan pertumbuhan dari prediksi yang ditetapkan pada tahun ini.
Hal ini karena adanya perlambatan ekonomi China dan ketegangan politik di Thailand yang membuat outlook ekonominya menjadi negatif memberikan tambahan sentimen negatif bagi laju bursa saham Asia.
Dalam rilis yang bertajuk East Asia and Pacific Economic Update yang dipublikasikan, Bank Dunia memprediksi ekonomi China akan tumbuh 7,6 persen pada tahun ini, turun dari prediksi Oktober 7,7 persen.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi negara berkembang Asia Timur diramal akan tumbuh 7,1 persen di 2014, turun dari prediksi sebelumnya 7,2 persen pada Oktober 20113. Selain itu, juga dipicu imbas pelemahan bursa saham AS dan menguatnya nilai tukar yen.
Turunnya indeks utama di pasar saham Asia memberikan imbas negatif bagi laju bursa saham Eropa yang berbalik melemah di awal pekan ini.
Tidak hanya itu, masih adanya rilis data-data ekonomi AS yang menunjukkan belum 100 persen pulihnya ekonominya juga turut direspon negatif. Akibatnya saham-saham yang telah terapresiasi sebelumnya terkena aksi jual, terutama saham-saham teknologi.
Sentimen negatif juga datang dari rendahnya pertumbuhan industrial production Jerman, akibatnya rilis positif dari naiknya industrial production Denmark dan Spanyol tidak mampu mengimbanginya.
"Dalam perkiraan kami, ekspektasi akan tetapnya BI Rate, maraknya pemberitaan dividen dan terutama akan amannya penyelenggaraan pemilu legislatif dalam waktu dekat ini mampu berikan angin segar dan IHSG pun mampu berbalik menghijau," Kata Kepala Riset Trust Securitiesn Reza Priyambada, Selasa (8/4/2014).
Reza memperkirakan, IHSG akan berada pada rentang support 4.848-4.885 dan resisten 4.935-4.948.
Pola yang terbentuk mat hold di bawah upper bollinger band (UBB). MACD mencoba kembali bergerak naik dengan histogram negatif yang memendek. RSI, stochastic dan William’s %R mencoba bertahan naik.
Mengacu pola tersebut, terlihat laju IHSG mampu bertahan di atas kisaran support 4.828-4.846 dan bahkan sempat melewati target kisaran resisten 4.868-4.900, sehingga dapat membuka peluang kenaikan lanjutan di tengah ekspektasi positif terhadap rilis BI Rate dan pemilu.
"Akan tetapi, tetap harus mewaspadai kemungkinan pembalikan arah karena penguatan ini terjadi di tengah sentimen negatif dari regional," papar dia.
Menilik laju IHSG pada perdagangan hari Senin, tampak sejumlah sentimen negatif telah mewarnai laju IHSG. Sentimen tersebut, diantaranya laju bursa saham global yang juga berimbas negatif ke Asia dan dibarengi dengan penilaian masih lemahnya pertumbuhan Asia.
Lalu ditambah juga dengan berita negatif dari dalam negeri berupa rencana pemerintah yang ingin menaikkan royalti batu bara untuk Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebesar 10 persen 13,5 persen.
Berita negatif juga datang dari rencana Menteri Keuangan Chatib Basri untuk memastikan terbitnya peraturan kenaikan PPnBM mobil mewah yang juga dibarengi dengan PPnBM gadget telekomunikasi hingga melambatnya pertumbuhan M2 (uang beredar dalam arti luas) pada Februari 2014.
"Di tengah sentimen negatif yang melanda, laju IHSG justru mampu berbalik menguat mengalahkan perkiraan kami sebelumnya dan mampu melewati sentimen-sentimen negatif tersebut," kata Reza.
Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG menyentuh level tertinggi 4.930,88 di awal sesi 2 dan menyentuh level terendah 4.852,98 di awal sesi 1 dan berakhir di level 4.921,04.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett buy dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.
Dari luar negeri, rilis Bank Dunia yang menilai, negara-negara dengan perekonomian berkembang di Asia Timur dan beberapa Asia lainnya akan mengalami perlambatan pertumbuhan dari prediksi yang ditetapkan pada tahun ini.
Hal ini karena adanya perlambatan ekonomi China dan ketegangan politik di Thailand yang membuat outlook ekonominya menjadi negatif memberikan tambahan sentimen negatif bagi laju bursa saham Asia.
Dalam rilis yang bertajuk East Asia and Pacific Economic Update yang dipublikasikan, Bank Dunia memprediksi ekonomi China akan tumbuh 7,6 persen pada tahun ini, turun dari prediksi Oktober 7,7 persen.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi negara berkembang Asia Timur diramal akan tumbuh 7,1 persen di 2014, turun dari prediksi sebelumnya 7,2 persen pada Oktober 20113. Selain itu, juga dipicu imbas pelemahan bursa saham AS dan menguatnya nilai tukar yen.
Turunnya indeks utama di pasar saham Asia memberikan imbas negatif bagi laju bursa saham Eropa yang berbalik melemah di awal pekan ini.
Tidak hanya itu, masih adanya rilis data-data ekonomi AS yang menunjukkan belum 100 persen pulihnya ekonominya juga turut direspon negatif. Akibatnya saham-saham yang telah terapresiasi sebelumnya terkena aksi jual, terutama saham-saham teknologi.
Sentimen negatif juga datang dari rendahnya pertumbuhan industrial production Jerman, akibatnya rilis positif dari naiknya industrial production Denmark dan Spanyol tidak mampu mengimbanginya.
(rna)