Inflasi April diprediksi kembali turun
A
A
A
Sindonews.com - Angka inflasi pada April 2014 diprediksi akan kembali menurun, bahkan ada peluang terjadinya deflasi. Hal itu didukung menurunnya sejumlah harga barang seiring adanya peningkatan pasokan bahan pangan, terutama beras, bawang dan cabai.
"Secara historisnya pun laju inflasi di April cenderung mengalami penurunan, kecuali pada tahun 2012 karena melonjaknya harga barang-barang kebutuhan," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada, Jumat (2/5/2014).
Dia memprediksi, April mengalami deflasi 0,07 persen atau inflasi 0,05 persen. Sementara pada Maret 2014 tercatat menurun dibanding bulan sebelumnya menjadi 0,08 persen. Adapun inflasi Februari sebesar 0,26 persen.
Sementara neraca perdagangan diharapkan surplus lebih tinggi dari sebelumnya sebesar USD790 miliar dengan estimasi sebesar USD805 miliar.
Dia menuturkan, meski laju impor masih menunjukkan kenaikan dari golongan mesin dan peralatan lainnya, namun juga diimbangi dengan kenaikan nilai ekspor dari minyak dan gas (migas) dengan kenaikan harga migas sepanjang Maret 2014 dan kemungkinan juga diikuti dengan kenaikan nilai ekspor dari sisi non-migas, antara lain bahan bakar mineral, kendaraan, mesin, dan lainnya.
"Nilai ekspor kami perkirakan akan mencapai USD14,8 tiliun naik dari USD14,6 triliun di bulan sebelumnya dan impor juga naik menjadi USD14,1 triliun dari USD13,8 triliun," ujar dia.
Adapun neraca perdagangan Februari tercatat surplus USD7855,3 juta didukung kinerja non-migas sebesar USD1.582,7 juta, atau meningkat 161,6 persen dari bulan sebelumnya dan 103,5 persen dari bulan yang sama tahun sebelumnya.
"Secara historisnya pun laju inflasi di April cenderung mengalami penurunan, kecuali pada tahun 2012 karena melonjaknya harga barang-barang kebutuhan," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada, Jumat (2/5/2014).
Dia memprediksi, April mengalami deflasi 0,07 persen atau inflasi 0,05 persen. Sementara pada Maret 2014 tercatat menurun dibanding bulan sebelumnya menjadi 0,08 persen. Adapun inflasi Februari sebesar 0,26 persen.
Sementara neraca perdagangan diharapkan surplus lebih tinggi dari sebelumnya sebesar USD790 miliar dengan estimasi sebesar USD805 miliar.
Dia menuturkan, meski laju impor masih menunjukkan kenaikan dari golongan mesin dan peralatan lainnya, namun juga diimbangi dengan kenaikan nilai ekspor dari minyak dan gas (migas) dengan kenaikan harga migas sepanjang Maret 2014 dan kemungkinan juga diikuti dengan kenaikan nilai ekspor dari sisi non-migas, antara lain bahan bakar mineral, kendaraan, mesin, dan lainnya.
"Nilai ekspor kami perkirakan akan mencapai USD14,8 tiliun naik dari USD14,6 triliun di bulan sebelumnya dan impor juga naik menjadi USD14,1 triliun dari USD13,8 triliun," ujar dia.
Adapun neraca perdagangan Februari tercatat surplus USD7855,3 juta didukung kinerja non-migas sebesar USD1.582,7 juta, atau meningkat 161,6 persen dari bulan sebelumnya dan 103,5 persen dari bulan yang sama tahun sebelumnya.
(rna)