Banyuwangi perketat buah impor
A
A
A
Sindonews.com - Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim) mengeluarkan kebijakan yang ketat terkait produk-produk impor Hortikultura. Kebijakkan itu untuk menjaga stabilitas produk-produk lokal. Apalagi, menjelang perhelatan ASEAN Economic Community (AEC) 2015.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, untuk menghadapi tantangan itu, perlu bertumpu pada pengembangan karakteristik lokal. Artinya, pengembangannya didasarkan pada pemanfaatan potensi sumber daya manusia lokal dan sumber daya institusional lokal.
Contohnya, Banyuwangi melarang penyajian buah impor di setiap acara mulai dari level RT hingga Kabupaten. "Dengan kebijakkan ini petani senang. Konsumsi buah impor minim. Bahkan, manggis kita sudah diekspor ke Thailand, Tiongkok, Singapura, dan beberapa negara Timur Tengah," kata Anas di Surabaya, Senin (12/5/2014).
Produksi manggis dari Banyuwangi meningkat pesat. Luas panen manggis di Banyuwangi pada 2013 mencapai 1.590,5 hektare (ha), meningkat sekitar 130 persen dibanding 2012 sebesar 691,54 ha.
Produksi manggis 2013 mencapai 20.199 ton, melonjak sekitar 132 persen dibanding capaian 2012 sebesar 8.651 ton. "Potensi pasar manggis kian besar karena ada riset tentang manfaatnya bagi kesehatan. Termasuk kulit manggis kini banyak diberi nilai tambah untuk diolah menjadi produk kecantikan. Kita harus garap agar tidak kalah dengan Thailand," jelas Anas.
Begitu juga dengan komoditas lainnya seperti buah naga, jeruk dan durian. Untuk tanaman pangan, Banyuwangi tiap tahun masih surplus sekitar 200 ribu ton.
Produksi padi naik jadi 792.000 ton pada 2013, dari posisi sekitar 750.000 ton pada 2012. Sementara untuk lahan abadi 80.000 ha untuk pertanian padi demi melawan konversi lahan.
Ketua Ikatan Sarjana Nahdhotul Ulama (ISNU) Jatim ini mengatakan, menumbuhkan prakarsa lokal untuk mendorong ekonomi daerah. Untuk Kabupaten Banyuwangi titik tekannya pada pertanian dan pariwisata.
Kebijakan proteksi dan peningkatan daya saing produk lokal Banyuwangi seperti hortikultura buah. Pengembangan daya saing komoditas hortikultura dilakukan dengan pembenihan unggul dan fasilitasi akses pasar dari petani ke penjual secara langsung di kota-kota besar.
"MEA adalah pisau bermata dua. Populasi ASEAN mencapai sekitar 600 juta jiwa, di mana 40 persennya adalah penduduk Indonesia. Kalau kita tidak berdaya, hanya akan dijadikan pasar. Maka penting untuk melakukan proteksi sekaligus meningkatkan daya saing. Jangan cuma proteksi saja, tapi daya saing produk kita tidak dibenahi," pungkas dia.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, untuk menghadapi tantangan itu, perlu bertumpu pada pengembangan karakteristik lokal. Artinya, pengembangannya didasarkan pada pemanfaatan potensi sumber daya manusia lokal dan sumber daya institusional lokal.
Contohnya, Banyuwangi melarang penyajian buah impor di setiap acara mulai dari level RT hingga Kabupaten. "Dengan kebijakkan ini petani senang. Konsumsi buah impor minim. Bahkan, manggis kita sudah diekspor ke Thailand, Tiongkok, Singapura, dan beberapa negara Timur Tengah," kata Anas di Surabaya, Senin (12/5/2014).
Produksi manggis dari Banyuwangi meningkat pesat. Luas panen manggis di Banyuwangi pada 2013 mencapai 1.590,5 hektare (ha), meningkat sekitar 130 persen dibanding 2012 sebesar 691,54 ha.
Produksi manggis 2013 mencapai 20.199 ton, melonjak sekitar 132 persen dibanding capaian 2012 sebesar 8.651 ton. "Potensi pasar manggis kian besar karena ada riset tentang manfaatnya bagi kesehatan. Termasuk kulit manggis kini banyak diberi nilai tambah untuk diolah menjadi produk kecantikan. Kita harus garap agar tidak kalah dengan Thailand," jelas Anas.
Begitu juga dengan komoditas lainnya seperti buah naga, jeruk dan durian. Untuk tanaman pangan, Banyuwangi tiap tahun masih surplus sekitar 200 ribu ton.
Produksi padi naik jadi 792.000 ton pada 2013, dari posisi sekitar 750.000 ton pada 2012. Sementara untuk lahan abadi 80.000 ha untuk pertanian padi demi melawan konversi lahan.
Ketua Ikatan Sarjana Nahdhotul Ulama (ISNU) Jatim ini mengatakan, menumbuhkan prakarsa lokal untuk mendorong ekonomi daerah. Untuk Kabupaten Banyuwangi titik tekannya pada pertanian dan pariwisata.
Kebijakan proteksi dan peningkatan daya saing produk lokal Banyuwangi seperti hortikultura buah. Pengembangan daya saing komoditas hortikultura dilakukan dengan pembenihan unggul dan fasilitasi akses pasar dari petani ke penjual secara langsung di kota-kota besar.
"MEA adalah pisau bermata dua. Populasi ASEAN mencapai sekitar 600 juta jiwa, di mana 40 persennya adalah penduduk Indonesia. Kalau kita tidak berdaya, hanya akan dijadikan pasar. Maka penting untuk melakukan proteksi sekaligus meningkatkan daya saing. Jangan cuma proteksi saja, tapi daya saing produk kita tidak dibenahi," pungkas dia.
(izz)