Minyak dunia naik terdongkrak hasil referendum di Ukraina
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan dunia hari ini naik, setelah pemberontak pro-Rusia di Ukraina timur mengklaim mayoritas pemilih dalam referendum memilih kemerdekaan. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran banyak pihak perang saudara dapat mengganggu pasokan minyak dan gas ke Eropa.
Indeks acuan AS, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, naik 40 sen menjadi USD100,39 per barel. Kemudian bertambah 65 sen menjadi USD100,64 per barel, pada pukul 21.00 WIB.
Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni, naik 49 sen di angka USD108,38 per barel. Selanjutnya, sedikit merangkak ke angka USD108,33 per barel.
"Dengan risiko meningkatnya ketegangan geopolitik di dalam dan sekitar Ukraina, pasokan minyak bisa terganggu," ujar Desmond Chua, analis CMC Markets, Singapura, seperti dilansir dari Economic Times, Senin (12/5/2014).
Pemberontak di Provinsi Donetsk, Ukraina mengatakan, total 89 persen pemilih memberikan suara mendukung pemerintahan sendiri.
Sementara analis berbasis di Singapura, Phillip Futures menyebutkan, investor berada di tepi karena tuntutan Rusia pekan lalu, bahwa Ukraina harus membayar di muka pengiriman gas alam, di tengah lilitan utang miliar dolar AS (USD).
Pengumuman tersebut membahayakan pasokan ke Uni Eropa karena hampir 15 persen dari semua pasokan gas Rusia dikonsumsi 28 negara anggota blok tersebut.
AS dan sekutu Eropa Barat yang mendukung pemerintah di Ukraina Barat telah menuduh Rusia mengobarkan kerusuhan di timur negara itu setelah mantan presiden Pro-Rusia, Viktor Yanukovych dijatuhkan pada Februari lalu. Namun, Moskow dengan tegas membantah tuduhan tersebut.
Indeks acuan AS, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, naik 40 sen menjadi USD100,39 per barel. Kemudian bertambah 65 sen menjadi USD100,64 per barel, pada pukul 21.00 WIB.
Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni, naik 49 sen di angka USD108,38 per barel. Selanjutnya, sedikit merangkak ke angka USD108,33 per barel.
"Dengan risiko meningkatnya ketegangan geopolitik di dalam dan sekitar Ukraina, pasokan minyak bisa terganggu," ujar Desmond Chua, analis CMC Markets, Singapura, seperti dilansir dari Economic Times, Senin (12/5/2014).
Pemberontak di Provinsi Donetsk, Ukraina mengatakan, total 89 persen pemilih memberikan suara mendukung pemerintahan sendiri.
Sementara analis berbasis di Singapura, Phillip Futures menyebutkan, investor berada di tepi karena tuntutan Rusia pekan lalu, bahwa Ukraina harus membayar di muka pengiriman gas alam, di tengah lilitan utang miliar dolar AS (USD).
Pengumuman tersebut membahayakan pasokan ke Uni Eropa karena hampir 15 persen dari semua pasokan gas Rusia dikonsumsi 28 negara anggota blok tersebut.
AS dan sekutu Eropa Barat yang mendukung pemerintah di Ukraina Barat telah menuduh Rusia mengobarkan kerusuhan di timur negara itu setelah mantan presiden Pro-Rusia, Viktor Yanukovych dijatuhkan pada Februari lalu. Namun, Moskow dengan tegas membantah tuduhan tersebut.
(dmd)