Harga minyak di Asia melambung terkait rencana ekspor AS
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia memperpanjang kenaikan setelah komentar pejabat Deperteman Energi AS yang mempertimbangkan untuk mencabut larangan ekspor.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, naik 38 sen menjadi USD102,08 per barel pada perdagangan sore. Harga naik 41 sen menjadi USD102,11 per barel pada pukul 15.45 WIB.
Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni, naik 21 sen menjadi USD109,45 per barel. Kemudian bertambah 45 sen menjadi USD109,69 per barel.
United Overseas Bank (UOB) Singapura menilai harga didukung kaba,r bahwa pemerintah AS mempertimbangkan kembali larangan ekspor minyak mentah mengingat terjadi pertumbuhan produksi minyak di dalam negeri.
Menteri Energi AS Ernest Moniz sedang mengkaji larangan ekspor minyak mentah, tetapi belum menentukan apa pilihan sedang dipertimbangkan.
"Pengendalian atas pertimbangan ini adalah sifat dari minyak yang kita produksi mungkin tidak serasi dengan kapasitas kilang kami saat ini," ujarnya, seperti dilansir dari The News Internatioal, Rabu (14/5/2014).
WTI naik USD1,11 pada perdagangan di New York setelah komentarnya, sementara Brent naik 83 sen di perdagangan London.
Desmond Chua, analis pasar CMC Markets, Singapura mengatakan, berita itu disambut baik produsen AS yang berteriak agar larangan ekspor dicabut akibat stok di dalam negeri melambung tinggi.
"Tapi, jaringan transportasi yang kurang baik masih bisa menghambat aliran pasokan dari hub penyimpanan apabila larangan diangkat. Transportasi merupakan hambatan utama karena perkembangan jaringan pipa di berbagai daerah dan yurisdiksi," ujarnya.
Sementara itu, dealer menunggu data kunci cadangan minyak AS sebagai petunjuk tentang permintaan menjelang musim panas mengemudi.
Departemen Energi AS akan melaporkan stok minyak mentah pada Rabu waktu setempat, yang diperkirakan persediaan tidak berubah pada tingkat 397,6 juta barel untuk pekan hingga 9 Mei (berdasarkan analis yang disurvei Wall Street Journal).
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, naik 38 sen menjadi USD102,08 per barel pada perdagangan sore. Harga naik 41 sen menjadi USD102,11 per barel pada pukul 15.45 WIB.
Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni, naik 21 sen menjadi USD109,45 per barel. Kemudian bertambah 45 sen menjadi USD109,69 per barel.
United Overseas Bank (UOB) Singapura menilai harga didukung kaba,r bahwa pemerintah AS mempertimbangkan kembali larangan ekspor minyak mentah mengingat terjadi pertumbuhan produksi minyak di dalam negeri.
Menteri Energi AS Ernest Moniz sedang mengkaji larangan ekspor minyak mentah, tetapi belum menentukan apa pilihan sedang dipertimbangkan.
"Pengendalian atas pertimbangan ini adalah sifat dari minyak yang kita produksi mungkin tidak serasi dengan kapasitas kilang kami saat ini," ujarnya, seperti dilansir dari The News Internatioal, Rabu (14/5/2014).
WTI naik USD1,11 pada perdagangan di New York setelah komentarnya, sementara Brent naik 83 sen di perdagangan London.
Desmond Chua, analis pasar CMC Markets, Singapura mengatakan, berita itu disambut baik produsen AS yang berteriak agar larangan ekspor dicabut akibat stok di dalam negeri melambung tinggi.
"Tapi, jaringan transportasi yang kurang baik masih bisa menghambat aliran pasokan dari hub penyimpanan apabila larangan diangkat. Transportasi merupakan hambatan utama karena perkembangan jaringan pipa di berbagai daerah dan yurisdiksi," ujarnya.
Sementara itu, dealer menunggu data kunci cadangan minyak AS sebagai petunjuk tentang permintaan menjelang musim panas mengemudi.
Departemen Energi AS akan melaporkan stok minyak mentah pada Rabu waktu setempat, yang diperkirakan persediaan tidak berubah pada tingkat 397,6 juta barel untuk pekan hingga 9 Mei (berdasarkan analis yang disurvei Wall Street Journal).
(dmd)