Indosmelt tunda bangun smelter di Sulsel
A
A
A
Sindonews.com - Direktur Utama PT Indosmelt, Natsir Mansyur mengungkapkan, dengan terpaksa pihaknya harus kembali menunda pembangunan dan pengerjaan konstruksi pabrik pemurnian (smelter) di Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Hal ini lantaran masih belum ada kepastian dari pemerintah terkait pasokan bahan baku konsentrat, serta belum ada titik temu antara pemerintah sebagai fasilitator dengan PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara.
"Ada beberapa hal, pembangunan tertahan sejak Maret, terjadi deadlock antara pemerintah dengan Freeport dan Newmont yang di fasilitasi pemerintah," kata Natsir dalam konferensi pers di Waroeng Kita, Menara Karya, Jakarta, Rabu (14/5/2014).
Smelter yang akan dibangun Indosmelt, kata dia, membutuhkan bahan baku konsentrat tembaga sebanyak 500.000 ton per tahun, dengan kapasitas produksi copper cathode sebanyak 120.000 ton per tahun. Dia mengatakan, pihaknya akan menginvestasikan dana senilai USD1 miliar untuk proyek smelter ini.
Selain itu, pihaknya juga telah menggelar perjanjian jual beli bersyarat atau conditional sales purchase agreement (CSPA) dengan Freeport dan Newmont untuk pasokan konsentrat pada 2017.
"Ini sudah masuk bulan ke-6, pemerintah belum ada kejelasan. Terus bulan ke-7, kalau tidak dicapai kesepakatan bisa-bisa nanti smelter ini enggak terbangun," pungkas Natsir.
Hal ini lantaran masih belum ada kepastian dari pemerintah terkait pasokan bahan baku konsentrat, serta belum ada titik temu antara pemerintah sebagai fasilitator dengan PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara.
"Ada beberapa hal, pembangunan tertahan sejak Maret, terjadi deadlock antara pemerintah dengan Freeport dan Newmont yang di fasilitasi pemerintah," kata Natsir dalam konferensi pers di Waroeng Kita, Menara Karya, Jakarta, Rabu (14/5/2014).
Smelter yang akan dibangun Indosmelt, kata dia, membutuhkan bahan baku konsentrat tembaga sebanyak 500.000 ton per tahun, dengan kapasitas produksi copper cathode sebanyak 120.000 ton per tahun. Dia mengatakan, pihaknya akan menginvestasikan dana senilai USD1 miliar untuk proyek smelter ini.
Selain itu, pihaknya juga telah menggelar perjanjian jual beli bersyarat atau conditional sales purchase agreement (CSPA) dengan Freeport dan Newmont untuk pasokan konsentrat pada 2017.
"Ini sudah masuk bulan ke-6, pemerintah belum ada kejelasan. Terus bulan ke-7, kalau tidak dicapai kesepakatan bisa-bisa nanti smelter ini enggak terbangun," pungkas Natsir.
(izz)