Indef Soroti Melambatnya Pembangunan Infrastruktur
A
A
A
JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyoroti perkembangan infrastruktur Indonesia yang sampai saat ini masih relatif melambat.
Peneliti Indef, Achmad Heri Firdaus mengatakan, hal tersebut membuat masalah meningkatnya harga barang-barang komoditi lokal dibandingkan barang-barang komoditi impor.
Menurutnya, hal ini dapat dilihat dari harga jeruk medan (lokal) saat ini harganya sekitar Rp20.000/kg, namun jika dibandingkan dengan harga jeruk mandarin (impor) yang sekitar Rp17.000/kg.
"Kenapa bisa begini? Pasti masyarakat lebih memilih harga yang lebih murah," ucap Heri di Jakarta, Selasa (20/5/2014).
Dia mengatakan, hal ini tidak terlepas dari sangat kurangnya pembangunan infrastruktur. Lebih mahalnya jerum medan dibanding jeruk mandarin, karena pengangkutan jeruk medan dengan truk dan berhari-hari di jalan, tanpa pengatur suhu serta beragam rintangan seperti cuaca yang buruk dan jalan yang rusak.
Sehingga, truk yang mengangkut tidak bisa dengan cepat mencapai tempat tujuan untuk mengangkut jeruk lokal. "Bandingkan dengan jeruk mandirin diangkut dengan kapal berpengatur suhu, kapasitas ribuan kali lipat truk, bebas hambatan," tegasnya.
Heri menjelaskan, hal ini tidak terlepas dari kurang besarnya anggaran infrastruktur dibandingkan anggaran energi yang terus menyedot APBN setiap tahun.
"Anggaran infrastruktur memang meningkat, namun rasio belanja infrastruktur terhadap PDB masih dibawah 3% dan jauh dari level ideal 5%. China saja pernah mencapai 14% dari PDB," pungkasnya.
Peneliti Indef, Achmad Heri Firdaus mengatakan, hal tersebut membuat masalah meningkatnya harga barang-barang komoditi lokal dibandingkan barang-barang komoditi impor.
Menurutnya, hal ini dapat dilihat dari harga jeruk medan (lokal) saat ini harganya sekitar Rp20.000/kg, namun jika dibandingkan dengan harga jeruk mandarin (impor) yang sekitar Rp17.000/kg.
"Kenapa bisa begini? Pasti masyarakat lebih memilih harga yang lebih murah," ucap Heri di Jakarta, Selasa (20/5/2014).
Dia mengatakan, hal ini tidak terlepas dari sangat kurangnya pembangunan infrastruktur. Lebih mahalnya jerum medan dibanding jeruk mandarin, karena pengangkutan jeruk medan dengan truk dan berhari-hari di jalan, tanpa pengatur suhu serta beragam rintangan seperti cuaca yang buruk dan jalan yang rusak.
Sehingga, truk yang mengangkut tidak bisa dengan cepat mencapai tempat tujuan untuk mengangkut jeruk lokal. "Bandingkan dengan jeruk mandirin diangkut dengan kapal berpengatur suhu, kapasitas ribuan kali lipat truk, bebas hambatan," tegasnya.
Heri menjelaskan, hal ini tidak terlepas dari kurang besarnya anggaran infrastruktur dibandingkan anggaran energi yang terus menyedot APBN setiap tahun.
"Anggaran infrastruktur memang meningkat, namun rasio belanja infrastruktur terhadap PDB masih dibawah 3% dan jauh dari level ideal 5%. China saja pernah mencapai 14% dari PDB," pungkasnya.
(izz)